Perbedaan Semprotan Mulut Bisa Menjadi Penyebab “Super Spreader” Infeksi

22 April 2025 15:02
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Batuk menghasilkan droplet yang paling cepat dan dalam jumlah paling banyak. Saat bernapas, droplet lebih menyebar ke berbagai arah.

Sahabat.com - Penelitian terbaru mengungkap bahwa perbedaan cara kita mengeluarkan droplet dari mulut saat berbicara, batuk, atau bernapas bisa memengaruhi seberapa besar kita menyebarkan penyakit menular.

Peneliti di Prancis mengundang 23 sukarelawan ke laboratorium untuk melihat seberapa jauh droplet atau percikan air liur tersebar saat mereka berbicara, batuk, dan bernapas—baik dengan maupun tanpa masker.

Untuk mendapatkan data yang akurat, mereka menggunakan teknik pencitraan canggih bernama Interferometric Laser Imaging for Droplet Sizing (ILIDS). 

Teknik ini menggunakan kamera kecepatan tinggi untuk mengukur ukuran dan kecepatan droplet yang tertangkap cahaya laser.

“Mengetahui ukuran dan kecepatan droplet yang dikeluarkan, serta karakteristik udara yang dihembuskan, sangat penting untuk memprediksi penyebaran penyakit dan menentukan strategi pencegahan yang efektif,” kata para peneliti dalam makalah mereka yang akan segera diterbitkan.

Hasilnya menunjukkan bahwa saat berbicara dan batuk, droplet yang dihasilkan berkisar antara 2 hingga 60 mikrometer (μm), sedangkan saat bernapas hanya sekitar 2 hingga 8 μm. 

Batuk menghasilkan droplet yang paling cepat dan dalam jumlah paling banyak. Saat bernapas, droplet lebih menyebar ke berbagai arah. 

Sebaliknya, saat berbicara dan batuk, arah semprotan lebih fokus seperti semburan sempit. Kabar baiknya, penggunaan masker—baik masker kain maupun masker bedah—berhasil menghalangi antara 74% hingga 86% droplet yang keluar, tergantung jenis hembusan udara.

Namun, ada satu hal menarik yang ditemukan peneliti: perbedaan yang cukup besar antar individu dalam jumlah dan kecepatan droplet yang dikeluarkan. Bahkan, dalam tes berulang pada orang yang sama, hasilnya bisa berbeda. Temuan ini memperkuat konsep “super spreader”—yaitu orang yang tanpa sadar menyebarkan infeksi lebih banyak dibanding orang lain.

“Variasi yang besar pada ukuran dan kecepatan droplet menunjukkan perlunya analisis lebih lanjut terkait faktor individu maupun lingkungan,” tulis para peneliti.

Data dari studi ini diharapkan dapat membantu penelitian lanjutan tentang bagaimana penyakit menyebar dan bagaimana cara terbaik untuk mencegah penularannya. 

Ke depan, tim peneliti juga berencana untuk memperluas jumlah peserta penelitian guna mengembangkan panduan pencegahan yang lebih akurat, termasuk efektivitas masker pada berbagai bentuk wajah.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment