Perubahan Iklim Picu Risiko Diare Mematikan pada Anak-Anak

30 Juli 2025 19:25
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Kondisi ini adalah sinyal peringatan agar kita semua, termasuk pemerintah dan masyarakat, mulai serius membangun ketahanan keluarga terhadap perubahan iklim, dimulai dari langkah sederhana: edukasi ibu dan penyediaan air bersih.

Sahabat.com - Sahabat, jangan anggap sepele penyakit diare pada anak. Meski terdengar umum, diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian anak di banyak negara berkembang, dan risikonya kini makin meningkat karena perubahan iklim yang ekstrem. 

Penelitian baru yang melibatkan lebih dari 3 juta anak di Asia Selatan dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa suhu yang makin panas dan musim hujan yang semakin kering dapat meningkatkan kemungkinan anak terkena diare secara signifikan.

Diterbitkan dalam jurnal Environmental Research, studi besar ini menemukan bahwa naik-turunnya suhu hingga kisaran 30–40 derajat Celcius bisa menaikkan risiko diare hingga 39%, sementara musim hujan yang lebih kering menaikkan risiko sebanyak 29%. 

Data ini sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar anak-anak di wilayah ini tinggal di lingkungan padat penduduk dengan akses air bersih dan sanitasi yang terbatas.

Menurut Dr. Hira Fatima, peneliti utama dari Flinders University, pendidikan ibu sangat berperan penting dalam mencegah diare pada anak. 

“Anak-anak yang ibunya tidak mengenyam pendidikan formal minimal delapan tahun berisiko 18% lebih tinggi terkena diare,” jelasnya. 

Ia menekankan bahwa edukasi seputar kebersihan, pentingnya ASI, dan mengenali gejala awal diare bisa menyelamatkan nyawa anak-anak. Pendidikan menjadi alat adaptasi iklim yang sangat kuat, sekaligus strategi kesehatan yang murah dan dapat diterapkan secara luas.

Profesor Corey Bradshaw, yang juga terlibat dalam penelitian ini, menyebutkan bahwa 88% kematian akibat diare terkait langsung dengan air minum yang tidak aman. 

“Jika akses terhadap air bersih diperbaiki, risiko diare bisa turun sampai 52%. Sementara perbaikan sanitasi dapat menurunkan risiko sebesar 24%,” ujarnya. 

Ia juga menyoroti pentingnya kebijakan kesehatan berbasis iklim yang fokus pada anak usia di bawah lima tahun.

Dr. Melinda Judge dari The Kids Research Institute menambahkan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sebenarnya hanya menyumbang sedikit pada perubahan iklim, namun justru paling terdampak oleh dampaknya. 

“Inilah mengapa upaya edukasi dan pembangunan infrastruktur seperti air bersih dan pemukiman layak harus menjadi prioritas,” kata dia.

Profesor Peter Le Souëf turut memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan nyata, maka dampak perubahan iklim terhadap kesehatan anak akan terus memburuk. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan yang harus dilindungi sejak dini melalui kebijakan adaptasi yang nyata.

Kondisi ini adalah sinyal peringatan agar kita semua, termasuk pemerintah dan masyarakat, mulai serius membangun ketahanan keluarga terhadap perubahan iklim, dimulai dari langkah sederhana: edukasi ibu dan penyediaan air bersih.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment