Sahabat.com - Fenomena “Monday blues” ternyata bukan sekadar keluhan biasa di awal pekan. Data medis menunjukkan bahwa hari Senin berhubungan dengan tingkat kecemasan, stres, bahkan angka serangan jantung dan bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan hari lainnya.
Sebuah penelitian bahkan menemukan peningkatan 19 persen risiko kematian mendadak akibat serangan jantung dan masalah kardiovaskular pada hari Senin, baik pada pria maupun wanita dari berbagai kelompok usia.
Yang lebih mengejutkan, efek Senin tidak hanya sekadar soal suasana hati.
Profesor Tarani Chandola mengungkapkan bahwa orang yang merasa cemas pada hari Senin menunjukkan aktivitas berlebih pada sistem respons stres tubuh selama berbulan-bulan. Lebih parahnya, hal ini juga terjadi pada orang yang sudah pensiun, yang berarti rasa tertekan di hari Senin bisa menjadi beban seumur hidup.
Dalam studi terbarunya, Chandola meneliti hormon kortisol, yaitu hormon stres utama yang diproduksi tubuh ketika menghadapi tekanan.
Jika kadarnya terus meningkat, kortisol bisa mengganggu fungsi otak, meningkatkan risiko depresi, diabetes, obesitas, hingga menurunkan imunitas.
Dari ribuan partisipan berusia di atas 50 tahun dalam studi ELSA (English Longitudinal Study of Aging), ditemukan bahwa mereka yang merasa cemas di hari Senin memiliki kadar kortisol 23 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang cemas di hari lain.
Menariknya, hal ini juga berlaku bagi para pensiunan. Artinya, kecemasan pada hari Senin menimbulkan dampak biologis yang nyata meskipun rutinitas kerja sudah lama ditinggalkan.
“Efek kecemasan pada hormon stres ternyata jauh lebih besar di hari Senin dibandingkan hari lain,” jelas Chandola.
Mengapa Senin begitu memengaruhi tubuh? Salah satu alasannya adalah transisi dari akhir pekan menuju tuntutan kerja yang penuh kepastian dan tekanan.
Benjamin Becker, peneliti lain, menambahkan bahwa antisipasi dan ketidakpastian di awal minggu menjadi pemicu kuat stres dan kecemasan. Akibatnya, tubuh bisa terbiasa merespons Senin dengan cara yang sama terus-menerus, bahkan ketika pekerjaan bukan lagi faktor pemicu.
Temuan ini menegaskan bahwa “Monday blues” bukan sekadar rasa malas masuk kerja, tetapi bisa menjadi stresor serius dengan dampak jangka panjang bagi kesehatan fisik maupun mental. Tidak heran jika rumah sakit sering menghadapi lonjakan kasus kesehatan di awal pekan, terutama pada kelompok usia lanjut.
Namun, kabar baiknya, respons stres otak bersifat plastis, artinya bisa berubah. Latihan seperti meditasi, mindfulness, olahraga teratur, hingga menjaga kualitas tidur dapat membantu otak beradaptasi lebih baik menghadapi siklus mingguan dan menekan risiko kesehatan terkait stres.
Dengan kata lain, sahabat perlu lebih waspada pada hari Senin. Jika tubuh selalu bereaksi berlebihan di awal pekan, jangan anggap remeh. Mengubah kebiasaan kecil mungkin menjadi kunci agar Senin tak lagi menjadi hari yang menakutkan, melainkan awal minggu yang lebih sehat dan penuh energi.
0 Komentar
Tarina Putri Rahayu, Siswi SMAN 90 Jakarta, Dinobatkan Sebagai Putri Batik Remaja Indonesia 2025
Dokter Ungkap Resep Sehat Paling Murah: Tertawa Lepas 2–5 Hari Seminggu, Efeknya Mengejutkan
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Leave a comment