Sahabat.com - Malaria menjadi penyebab kematian lebih dari 600.000 orang setiap tahun, dan dengan pemanasan iklim, potensi penyebaran penyakit ini semakin meluas. Meskipun beberapa obat dapat mencegah dan mengobati malaria dengan efektif, resistensi terhadap obat-obatan tersebut juga terus meningkat.
Penelitian terbaru dari University of Utah Health telah mengidentifikasi target menjanjikan untuk pengembangan obat antimalaria baru, yaitu protein bernama DMT1. Protein ini memungkinkan parasit malaria bersel satu untuk menggunakan zat besi, yang krusial bagi kelangsungan hidup dan reproduksi parasit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang memblokir DMT1 bisa sangat efektif melawan malaria. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal PNAS.
Sebuah Misteri Ironis
Paul Sigala, PhD, profesor biokimia di Spencer Fox Eccles School of Medicine (SFESOM) di University of Utah, menjelaskan bahwa zat besi sangat penting untuk kelangsungan hidup parasit. Tanpa zat besi, parasit cepat mati. Namun, mengambil zat besi dari sel darah merah manusia tempat parasit hidup dan berkembang biak bukanlah tugas yang mudah.
"Kami masih belum sepenuhnya memahami bagaimana parasit memperoleh zat besi di dalam sel darah merah, yang ironisnya merupakan sel terkaya zat besi dalam tubuh manusia," ungkap Sigala.
Para peneliti mengetahui bahwa parasit malaria harus mengambil hemoglobin kaya zat besi dari sel darah manusia, memecahnya untuk mendapatkan zat besi di dalamnya, dan memindahkan zat besi tersebut ke bagian parasit yang membutuhkannya. Namun, protein yang terlibat dalam proses ini masih misterius, seperti yang diungkapkan Kade Loveridge, peneliti pascadoktoral di SFESOM dan penulis utama makalah ini. "Parasit malaria sangat berbeda dari organisme yang lebih banyak dipelajari, sehingga kami memiliki sedikit pengetahuan sebelumnya."
Pemain Kunci
Para peneliti mencurigai bahwa DMT1 mungkin membantu parasit malaria dalam menggunakan zat besi karena kemiripannya dengan gen yang terlibat dalam transportasi logam pada organisme lain. Mereka menemukan bahwa DMT1 sangat penting untuk kelangsungan hidup parasit. Dengan mengedit genom parasit malaria, mereka dapat mematikan produksi protein DMT1. Ketika DMT1 dimatikan, parasit mati sebelum dapat menginfeksi sel darah lebih lanjut—sebuah kematian yang sangat cepat, bahkan untuk kehilangan protein esensial.
Kematian cepat parasit ini mungkin disebabkan oleh pentingnya transportasi zat besi dalam banyak proses. "Memblokir [protein ini] diharapkan akan mengganggu tidak hanya satu atau dua proses kunci, tetapi hampir semua aspek kelangsungan hidup parasit selama infeksi di tahap darah," jelas Sigala.
Peluang Baru
Para peneliti optimis bahwa DMT1 bisa menjadi target efektif untuk obat antimalaria baru, berkat kemiripannya yang moderat dengan transporter zat besi manusia. "Cukup mirip sehingga kami dapat mengidentifikasinya, tetapi cukup berbeda sehingga mungkin dapat merancang inhibitor spesifik parasit dari transporter ini yang memiliki dampak minimal pada protein manusia," kata Loveridge.
Fakta bahwa parasit mati dengan cepat saat DMT1 dimatikan memberikan harapan; jika obat dapat dikembangkan atau diidentifikasi yang mencegah aktivitas DMT1, obat tersebut bisa lebih cepat bekerja dibandingkan pilihan yang ada saat ini. Saat ini, laboratorium sedang menguji inhibitor transportasi zat besi yang sudah ada untuk melihat apakah mereka dapat berfungsi sebagai obat antimalaria.
Loveridge menambahkan bahwa terlepas dari apakah penemuan mereka akan memicu pengembangan obat baru, hal ini akan memudahkan ilmuwan masa depan untuk menggali lebih banyak informasi tentang cara parasit tumbuh dan bagaimana cara menghentikannya. "Kami semacam membuka celah," ujarnya. "Saya berharap orang lain dapat membukanya lebih lebar."
0 Komentar
Studi: Penelantaran Anak Berpotensi Timbulkan Masalah Mental dan Fisik di Masa Dewasa
Mengenal Diet Keto yang Disebut Bisa Menjadi Solusi untuk Siklus Menstruasi Tidak Teratur
Kasus Kanker Kolorektal Meningkat pada Anak-Anak
Leave a comment