Telur Nabati Kini Jadi Sorotan: Kenapa Semakin Banyak yang Penasaran?

04 Agustus 2025 13:52
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi dari University of Illinois dan Purdue University mengungkap cara terbaik mengenalkan telur nabati agar lebih mudah diterima oleh konsumen.

Sahabat.com - Telur nabati akhirnya mulai mencuri perhatian. Setelah lama kalah pamor dibandingkan burger atau susu berbasis tumbuhan, kini produk inovatif ini mulai menarik minat masyarakat, terutama ketika disajikan sebagai bagian dari makanan yang sudah dikenal. 

Sebuah studi dari University of Illinois dan Purdue University mengungkap cara terbaik mengenalkan telur nabati agar lebih mudah diterima oleh konsumen.

Penelitian ini menggunakan pendekatan skenario imajinatif, di mana partisipan diminta membayangkan mereka sedang sarapan di rumah atau di restoran, dan diberi pilihan antara telur orak-arik atau pancake yang dibuat dengan telur nabati. Hasilnya cukup mengejutkan: ternyata lokasi makan tidak terlalu berpengaruh besar terhadap keputusan konsumen. 

Yang jauh lebih penting adalah bagaimana telur nabati itu disajikan. Saat dimasukkan dalam makanan yang akrab seperti pancake, konsumen cenderung lebih tertarik mencoba.

“Memberikan pengalaman yang familiar adalah kunci,” jelas Brenna Ellison, profesor dari Purdue University. 

“Mengenalkan telur nabati sebagai bahan dalam menu sehari-hari dapat mengurangi hambatan psikologis yang sering muncul saat mencoba produk baru.”

Dari segi rasa dan penampilan, telur biasa masih jadi favorit. Namun ketika aspek lingkungan dan kesejahteraan hewan diperhitungkan, telur nabati jauh lebih unggul. Hal ini menunjukkan bahwa alasan etis mulai memengaruhi pilihan makanan banyak orang.

Tapi apakah semua orang langsung tertarik membeli telur nabati? “Kemungkinan besar tidak,” kata Ellison. 

“Namun, mereka yang sudah pernah mencobanya sebelumnya memiliki kemungkinan lebih besar untuk membeli kembali, menunjukkan pengalaman pertama yang positif sangat berpengaruh.”

Da Eun Kim, mahasiswa doktoral dari University of Illinois, juga mengungkap pengalamannya sendiri, “Saya pernah mencoba versi cair dalam botol yang mirip putih telur. Rasanya memang agak berbeda, tapi teksturnya mengejutkan karena hampir sama dengan telur biasa.”

Temuan ini memberikan pesan yang kuat bagi industri: jangan langsung tawarkan telur nabati sebagai pengganti tunggal, tapi masukkan sebagai bahan dalam makanan yang sudah disukai banyak orang. Dengan pendekatan ini, konsumen akan merasa lebih nyaman untuk mencoba tanpa merasa “dipaksa” meninggalkan produk hewani.

Kini, meskipun telur nabati belum bisa menggantikan telur ayam di setiap meja sarapan, mereka sudah mulai menemukan tempatnya di hati konsumen. Kuncinya bukan hanya soal rasa, tapi juga bagaimana produk itu diperkenalkan. Buat senyaman mungkin, kenalkan lewat makanan favorit, dan biarkan konsumen mengambil gigitan pertama dengan rasa percaya diri.

ahabat.com - 

 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment