Terapi Kombinasi Dini Setelah Serangan Jantung Turunkan Risiko Kematian dan Serangan Ulang

15 April 2025 12:08
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan serangan jantung (infark miokard) sebagai kejadian akut yang paling sering terjadi.

Sahabat.com - Penerapan terapi kombinasi lebih awal setelah serangan jantung terbukti dapat menurunkan risiko serangan jantung ulang dan kematian, menurut sebuah penelitian terbaru dari Universitas Lund, Swedia. 

Studi ini menyoroti pentingnya penanganan agresif terhadap kolesterol "jahat" (LDL) di masa awal pascaserangan jantung.

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan serangan jantung (infark miokard) sebagai kejadian akut yang paling sering terjadi. 

Bagi penyintas serangan jantung, risiko mengalami serangan berikutnya sangat tinggi dalam satu tahun pertama karena pembuluh darah yang masih sensitif dan rentan terhadap pembentukan gumpalan darah.

Pengobatan standar saat ini adalah pemberian statin dosis tinggi segera setelah serangan. 

Namun, banyak pasien yang gagal mencapai target kolesterol hanya dengan terapi ini. Karena itu, dibutuhkan terapi tambahan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL ke tingkat yang direkomendasikan.

Sayangnya, panduan medis saat ini menganjurkan penambahan obat penurun lemak secara bertahap—proses yang seringkali lambat, tidak efektif, dan membuat pasien kehilangan tindak lanjut pengobatan.

Profesor Margrét Leósdóttir, peneliti utama dari Universitas Lund dan konsultan senior kardiologi di Rumah Sakit Universitas Skåne di Malmö, melakukan analisis terhadap 36.000 pasien serangan jantung di Swedia dari tahun 2015 hingga 2022. 

Menggunakan model statistik canggih, timnya menemukan bahwa pasien yang menerima kombinasi statin dan ezetimibe dalam 12 minggu pertama setelah serangan menunjukkan penurunan risiko kematian dan kejadian kardiovaskular lebih lanjut dibandingkan mereka yang menerima terapi tambahan lebih lambat atau tidak sama sekali.

“Pemberian terapi kombinasi tidak dilakukan sejak awal karena dua alasan utama: belum adanya rekomendasi resmi dan kekhawatiran terhadap efek samping serta overmedikasi. Padahal, penelitian kami menunjukkan manfaat nyata jika kedua obat diberikan sedini mungkin,” ujar Leósdóttir. 

Ia menambahkan bahwa ezetimibe termasuk obat yang aman, mudah didapat, dan murah di banyak negara.

Berkat temuan ini, algoritma pengobatan baru telah diterapkan di rumah sakit tempat Leósdóttir bekerja. Hasilnya, dua bulan setelah serangan jantung, jumlah pasien yang berhasil menurunkan kadar kolesterol LDL ke tingkat ideal meningkat dua kali lipat dibanding sebelumnya. 

Beberapa rumah sakit lain di Swedia bahkan sudah mengadopsi algoritma ini dengan hasil serupa.

Leósdóttir berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar perubahan pedoman medis secara global. 

“Dengan memberikan pengobatan yang tepat waktu, kita bisa mencegah penderitaan yang tidak perlu dan menyelamatkan lebih banyak nyawa,” tutupnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment