Sahabat.com - Dalam beberapa minggu terakhir, sejumlah laporan menunjukkan reaksi parah pada orang yang mengonsumsi suplemen vitamin B6 tanpa resep. Dosis berlebihan vitamin B6 dapat menyebabkan keracunan yang merusak saraf, menimbulkan gejala seperti mati rasa, kesemutan, dan bahkan kesulitan berjalan.
Keracunan vitamin B6 sering kali tidak disadari oleh konsumen, karena beberapa produk mengandung vitamin B6 tanpa dicantumkan pada label. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang vitamin B6, risikonya, serta batas aman konsumsi.
Apa Itu Vitamin B6?
Vitamin B6, atau piridoksin, adalah kelompok enam senyawa yang memiliki struktur kimia serupa. Nutrisi penting ini tidak dapat diproduksi tubuh, sehingga harus diperoleh melalui makanan. Orang dewasa berusia 19-50 tahun membutuhkan 1,3 mg vitamin B6 per hari, sementara dosis untuk orang yang lebih tua, serta ibu hamil atau menyusui, lebih tinggi. Vitamin ini banyak ditemukan dalam produk hewani seperti daging, susu, dan telur, serta dalam sayuran seperti bayam, kangkung, pisang, dan kentang.
Vitamin B6 yang dikonsumsi melalui makanan tidak aktif, sehingga tubuh perlu mengubahnya menjadi piridoksal-5′-fosfat (PLP) untuk dapat digunakan. PLP mendukung lebih dari 140 fungsi tubuh, termasuk produksi sel darah merah, pengaturan gula darah, serta mendukung fungsi otak. Vitamin B6 juga dikaitkan dengan penurunan risiko kanker dan peradangan.
Bahaya Keracunan Vitamin B6
Meskipun keracunan vitamin B6 sangat jarang terjadi, hal ini bisa menyebabkan gangguan serius jika mengonsumsi suplemen dalam dosis tinggi. Vitamin B6 yang berlebihan bisa terakumulasi dalam darah dan menyebabkan kondisi yang disebut neuropati perifer, kerusakan pada saraf sensorik yang bisa mengakibatkan mati rasa, kesemutan, hingga kesulitan berjalan.
Neuropati perifer umumnya terjadi akibat gangguan pada saraf yang berada di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang berfungsi mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat. Walau belum dipahami sepenuhnya bagaimana kelebihan vitamin B6 menyebabkan kondisi ini, diduga vitamin B6 mengganggu cara neurotransmitter GABA mengirimkan sinyal.
Kerusakan saraf akibat keracunan B6 bisa bersifat permanen, meski beberapa gejala membaik setelah penghentian konsumsi suplemen.
Perubahan Regulasi Suplemen Vitamin B6
Pada 2022, regulasi tentang suplemen vitamin B6 mengalami perubahan. Sebelumnya, hanya suplemen dengan kandungan lebih dari 50 mg yang diwajibkan mencantumkan peringatan tentang risiko neuropati perifer. Namun, kini produk dengan kandungan lebih dari 10 mg harus mencantumkan peringatan tersebut. Hal ini menyusul 32 laporan kasus neuropati perifer yang terjadi pada konsumen suplemen B6, dengan dua pertiga di antaranya mengonsumsi dosis kurang dari 50 mg.
Risiko yang Harus Diperhatikan Konsumen
Meskipun keracunan vitamin B6 jarang terjadi, tetap perlu berhati-hati dalam mengonsumsi suplemen. Banyak laporan menunjukkan bahwa vitamin B6 sering ditambahkan ke suplemen magnesium atau zinc tanpa disadari konsumen. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa label suplemen dan obat-obatan yang dikonsumsi, terutama jika tidak diresepkan oleh tenaga medis.
Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada tangan atau kaki setelah mengonsumsi suplemen baru, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi. Menghindari konsumsi suplemen berlebihan adalah langkah terbaik untuk mencegah risiko keracunan vitamin B6.
0 Komentar
Cara Memasak Telur Rebus Sempurna dan Lebih Sehat
Apakah Cokelat Baik untuk Kesehatan Jantung Anda?
Meningkatkan Kekuatan Otak Anak: 10 Makanan yang Disarankan Ahli untuk Perkembangan Kognitif
8 Manfaat Kesehatan Mengonsumsi Biji Bunga Matahari Setiap Hari
Penelitian Ungkap Bahaya Pembersihan Jus terhadap Usus dan Mulut
Roti Bisa Jadi Makanan Ultra Olahan yang Licik: Berikut Cara Memilih yang Paling Sehat
Konsumsi Telur Teratur Dapat Turunkan Risiko Kematian Akibat Penyakit Kardiovaskular
Leave a comment