Ternyata Makanan Ultra Proses Bukan Musuh Utama Diet Sehat, Ini Faktanya!

02 September 2025 17:58
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru di Inggris yang melibatkan lebih dari 3.000 orang justru memberikan pandangan berbeda. Para peneliti ingin tahu apa yang membuat orang suka pada makanan tertentu dan mengapa kita kadang sulit berhenti makan meski sudah kenyang.

Sahabat.com - Selama ini makanan ultra proses atau ultra-processed foods (UPF) dianggap musuh utama kesehatan. Mulai dari obesitas, demensia, hingga kecanduan makanan, semuanya sering dikaitkan dengan makanan kemasan seperti minuman bersoda, camilan ringan, dan makanan instan. 

Banyak orang percaya makanan ini sengaja dibuat agar membuat kita ketagihan dan makan lebih banyak dari yang dibutuhkan. Tapi benarkah begitu?

Penelitian terbaru di Inggris yang melibatkan lebih dari 3.000 orang justru memberikan pandangan berbeda. Para peneliti ingin tahu apa yang membuat orang suka pada makanan tertentu dan mengapa kita kadang sulit berhenti makan meski sudah kenyang. 

Dari ratusan jenis makanan yang diteliti, hasilnya menunjukkan bahwa bukan hanya tingkat pemrosesan yang berperan, melainkan juga kandungan gizi dan persepsi kita terhadap makanan itu sendiri.

Makanan yang tinggi kalori, rendah serat, dan kaya lemak memang lebih mudah membuat orang makan berlebihan. Namun, yang mengejutkan adalah persepsi kita ternyata berpengaruh besar. 

Jika suatu makanan dianggap manis, berlemak, atau terlalu diproses, orang lebih cenderung makan banyak. Sebaliknya, makanan yang diyakini pahit atau tinggi serat biasanya membuat orang cepat berhenti makan.

Hal ini membuat para peneliti menyimpulkan bahwa label “ultra proses” tidak cukup untuk menjelaskan kebiasaan makan. 

Graham Finlayson, peneliti dari University of Leeds, menegaskan, “Label ultra-processed food terlalu menyederhanakan masalah. Tidak semua makanan kemasan otomatis buruk, beberapa justru bisa membantu, terutama bagi orang dengan kebutuhan khusus.”

Contohnya, memang ada makanan ultra proses yang tinggi gula dan kalori sehingga sebaiknya dibatasi. Tapi ada juga yang bisa memberi manfaat, seperti sereal gandum utuh yang diperkaya nutrisi atau makanan nabati pengganti protein. 

Makanan seperti ini bisa sangat membantu, misalnya untuk lansia dengan nafsu makan rendah atau orang yang menjalani diet tertentu.
Pesan pentingnya adalah jangan buru-buru menganggap semua makanan ultra proses berbahaya. Yang lebih penting adalah memahami kandungan gizinya, bagaimana tubuh kita merespons, dan cara kita memandang makanan tersebut. 

Alih-alih hanya fokus pada label, kita sebaiknya belajar lebih banyak tentang literasi gizi, memilih makanan yang benar-benar mengenyangkan, sekaligus mendukung kesehatan jangka panjang.

Jadi, tak perlu panik setiap kali melihat label makanan kemasan. Kuncinya ada pada pemilihan, pengendalian porsi, dan kebiasaan makan sehari-hari. Ingat, bukan sekadar prosesnya yang menentukan sehat atau tidaknya suatu makanan, tapi juga bagaimana kita mengonsumsinya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment