Ternyata Otak Bisa Memprediksi Saat Kita Akan Mengubah Pikiran, Begini Penjelasannya

08 September 2025 14:40
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah eksperimen klasik bernama Monty Hall Problem sering dipakai untuk menjelaskan hal ini. Bayangkan sahabat ikut kuis dengan tiga pilihan, A, B, dan C. Setelah memilih salah satunya, host membuka salah satu kotak yang kosong.

Sahabat.com - Pernahkah sahabat merasa ragu setelah mengambil keputusan, lalu muncul dorongan untuk mengubah pilihan? Ternyata, momen sederhana ini menyimpan rahasia besar tentang cara kerja otak manusia. 

Ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai bagian dari metakognisi, yaitu kemampuan kita untuk menyadari dan mengevaluasi keputusan yang sudah dibuat.

Sebuah eksperimen klasik bernama Monty Hall Problem sering dipakai untuk menjelaskan hal ini. Bayangkan sahabat ikut kuis dengan tiga pilihan, A, B, dan C. Setelah memilih salah satunya, host membuka salah satu kotak yang kosong. 

Lalu, sahabat diberi kesempatan untuk tetap pada pilihan awal atau menggantinya. Secara matematis, mengubah pilihan justru menggandakan peluang untuk menang. Dari sini, kita belajar bahwa mengubah pikiran kadang bisa membuat keputusan menjadi lebih tepat.

Menurut peneliti Dragan Rangelov dari The Conversation, banyak orang sebenarnya lebih jarang mengubah pikiran daripada yang kita kira, padahal rasa ragu sering muncul. 

“Menariknya, ketika seseorang benar-benar memutuskan untuk mengubah pilihannya, hasilnya sering lebih baik,” ujarnya. 

Fenomena ini disebut sebagai metacognitive sensitivity, yaitu kepekaan dalam menilai kapan sebaiknya kita bertahan dan kapan harus mengubah keputusan.

Lebih mengejutkan lagi, penelitian menunjukkan bahwa aktivitas otak bisa memprediksi momen perubahan pikiran bahkan beberapa detik sebelum terjadi. 

Artinya, otak sudah ‘memberi sinyal’ sebelum kita sadar akan melakukannya. Penemuan ini diyakini bisa dimanfaatkan untuk melatih orang dalam profesi tertentu, misalnya tenaga medis atau militer, agar mampu membuat keputusan yang lebih akurat sejak awal.

Namun, mengapa kita tidak lebih sering mengubah pikiran? Salah satu alasannya adalah karena setiap perubahan butuh usaha kognitif ekstra. Tidak semua keputusan layak dipikirkan terlalu dalam. 

Memilih minuman soda dengan rasa jeruk yang kurang sesuai, misalnya, tidak akan berdampak besar pada hidup kita. Selain itu, terlalu sering mengubah keputusan bisa membuat orang lain sulit menebak dan akhirnya memengaruhi hubungan sosial.

Meski begitu, ilmu tentang perubahan pikiran berkembang sangat cepat. Para ilmuwan kini berusaha menemukan pola aktivitas otak yang bisa dijadikan penanda kapan sebaiknya kita mengganti keputusan agar hidup lebih baik. 

Jadi, jangan takut dianggap plin-plan. Kadang, justru dengan berani mengubah pikiran, kita bisa melangkah lebih tepat. Dan kalau suatu saat sahabat benar-benar terjebak dalam kuis seperti Monty Hall, saran para ahli jelas: ubahlah pilihanmu, karena peluang menang akan langsung meningkat dua kali lipat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment