Terungkap! Cara Orang Tua Mewariskan Umur Panjang ke Anak Tanpa Ubah DNA

29 September 2025 16:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Para ilmuwan dari Howard Hughes Medical Institute (HHMI) menemukan bahwa perubahan pada lisosom—bagian sel yang selama ini dikenal hanya sebagai tempat daur ulang—ternyata bisa memengaruhi umur panjang, bahkan diwariskan lintas generasi lewat mekanisme epigenetik.

Sahabat.com - Penelitian terbaru memberi kejutan besar dalam dunia sains. Seekor cacing kecil bernama C. elegans ternyata bisa mewariskan sifat panjang umur kepada keturunannya tanpa mengubah DNA. 

Para ilmuwan dari Howard Hughes Medical Institute (HHMI) menemukan bahwa perubahan pada lisosom—bagian sel yang selama ini dikenal hanya sebagai tempat daur ulang—ternyata bisa memengaruhi umur panjang, bahkan diwariskan lintas generasi lewat mekanisme epigenetik.

Tim peneliti yang dipimpin Meng Wang, Senior Group Leader di HHMI Janelia Research Campus, menunjukkan bahwa dengan meningkatkan enzim tertentu dalam lisosom cacing, umur mereka bisa lebih panjang hingga 60 persen. 

Namun yang lebih mengejutkan, keturunan cacing tersebut juga hidup lebih lama, meski tidak mengalami perubahan genetik langsung. Bahkan setelah dikawinkan dengan cacing normal, anak-anak mereka tetap memiliki usia lebih panjang dari biasanya hingga empat generasi berikutnya.

Rahasia ini terletak pada histon, yaitu protein yang bertugas mengatur DNA. Histon yang dimodifikasi akibat perubahan dalam lisosom ternyata bisa berpindah dari sel tubuh ke sel reproduksi. Dari sana, informasi epigenetik tersebut diteruskan kepada keturunan tanpa perlu mengubah struktur DNA. 

“Biasanya kita berpikir warisan hanya ada di inti sel, tapi sekarang terlihat bahwa histon bisa membawa informasi epigenetik dari satu sel ke sel lain. Ini menjelaskan bagaimana efek transgenerasional bisa terjadi,” ujar Wang.

Penemuan ini tak hanya soal umur panjang. Modifikasi epigenetik serupa juga bisa membantu organisme beradaptasi terhadap stres lingkungan, seperti perubahan pola makan, paparan polusi, hingga tekanan psikologis. 

Para peneliti menemukan bahwa kondisi puasa mampu memicu perubahan lisosom yang kemudian diteruskan ke sel reproduksi melalui histon. Dengan kata lain, apa yang dialami tubuh bisa meninggalkan jejak bagi keturunan.

Lebih jauh lagi, riset ini memperluas pemahaman tentang fungsi lisosom yang ternyata bukan hanya tempat daur ulang, melainkan juga pusat sinyal penting dalam sel. 

“Kami sekarang menunjukkan bahwa soma (sel tubuh) dan germline (sel reproduksi) bisa terhubung melalui histon, yang membawa informasi genetik yang dapat diingat lintas generasi,” tambah Wang.

Temuan ini membuka pintu baru untuk memahami bagaimana pengalaman hidup orang tua—baik nutrisi, stres, atau kondisi lingkungan—bisa memberi dampak nyata bagi kesehatan anak dan cucu mereka di masa depan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment