Wabah Misterius di Kongo Teridentifikasi sebagai Malaria

19 Desember 2024 12:17
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penyebab wabah yang sebelumnya tidak diketahui di Republik Demokratik Kongo akhirnya terungkap, dengan malaria sebagai penyebab utama, menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan negara tersebut.

Sahabat.com - Penyakit yang menyerang 500 orang dan menyebabkan setidaknya 149 kematian ini telah menyebar beberapa minggu terakhir di provinsi terpencil Kwango.

Penyebab wabah yang sebelumnya tidak diketahui di Republik Demokratik Kongo akhirnya terungkap, dengan malaria sebagai penyebab utama, menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan negara tersebut.

Malaria, yang ditularkan oleh nyamuk, telah menginfeksi lebih dari 500 orang dan menewaskan sedikitnya 149 orang sejak wabah ini mulai terjadi beberapa minggu lalu di daerah terpencil Panzi, Kwango, wilayah yang terisolasi di DRC.

"Misteri ini akhirnya terungkap. Penyakit ini merupakan kasus malaria parah yang mengarah pada gangguan pernapasan dan diperburuk oleh kekurangan gizi," demikian pernyataan dari Kementerian Kesehatan.

Minggu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirimkan tim ahli epidemiologi dan medis untuk mengumpulkan sampel serta melakukan penyelidikan terkait wabah tersebut, mengingat minimnya fasilitas pengujian di wilayah tersebut.

Meski uji cepat awal pada pasien menunjukkan hasil positif malaria, sampel perlu diperiksa lebih lanjut di laboratorium yang ada di ibu kota Kinsasa, yang terletak sekitar 500 mil dari Panzi melalui jalan yang sulit dilalui dan sebagian besar tidak beraspal, mengakibatkan keterlambatan dalam memperoleh hasil yang akurat.

Laporan terbaru dari WHO mengenai malaria menyebutkan bahwa pada 2023 terdapat lebih dari 11 juta kasus malaria dibandingkan dengan tahun 2022, dengan total kasus diperkirakan mencapai 263 juta. Setidaknya 597.000 orang meninggal dunia, dengan sebagian besar korban adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun yang berasal dari Afrika.

Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus antara lain resistensi terhadap pestisida, perubahan iklim, dan konflik global.

Gejala malaria dapat sangat beragam, dan kasus yang tidak terdiagnosis sering kali salah diartikan sebagai penyakit lain seperti flu, gastroenteritis, atau hepatitis. Gejala awalnya bisa berupa demam dan menggigil, namun pada kasus yang lebih serius dapat berkembang menjadi penyakit kuning dan anemia.

Malaria dapat diobati dengan obat antimalaria, dan jika terdeteksi lebih awal, pengobatannya dapat berhasil dalam waktu dua minggu.

Dua vaksin baru, RTS,S dan R21, kini telah disetujui untuk digunakan pada anak-anak dan sudah mulai dipergunakan di beberapa negara Afrika.

Republik Demokratik Kongo mulai meluncurkan program vaksinasi pada Oktober tahun ini, meskipun daerah terpencil seperti Panzi, yang terletak jauh di tengah hutan lebat, belum terjangkau oleh program ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment