Adenomiosis: Kondisi yang Jarang Diketahui yang Mempengaruhi Hingga 1 dari 5 Wanita

25 November 2024 13:26
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Meskipun adenomiosis adalah kondisi yang memengaruhi banyak wanita, terutama yang berada dalam usia reproduktif, perhatian klinis dan penelitian mengenai kondisi ini masih terbatas.

Sahabat.com - Naga Munchetty, presenter BBC, mengungkapkan tahun lalu bahwa ia menderita adenomiosis, sebuah kondisi kronis yang memengaruhi rahim. Munchetty menceritakan bahwa rasa sakit hebat akibat kondisi tersebut membuatnya tidak bisa bergerak, bahkan dalam suatu serangan yang sangat intens, suaminya harus memanggil ambulans.

Namun, meskipun kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 5 wanita, adenomiosis masih jarang dikenal di kalangan masyarakat umum.

Gejala dan Dampak Adenomiosis

Adenomiosis dapat menimbulkan gejala seperti perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan berat serta nyeri panggul. Meskipun demikian, tingkat keparahan gejala bervariasi antar individu. Sebagian wanita bahkan mungkin tidak merasakan gejala sama sekali atau hanya dalam tingkat minimal.

Kondisi ini juga berisiko mengganggu kesuburan. Wanita dengan adenomiosis yang hamil memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami keguguran, kelahiran prematur, preeklamsia, serta perdarahan setelah melahirkan.

Penyebab dan Proses Terjadinya Adenomiosis

Rahim manusia terdiri dari dua lapisan utama: endometrium, lapisan dalam tempat embrio menempel, dan miometrium, lapisan otot yang mengembang selama kehamilan. Pada penderita adenomiosis, sel-sel mirip endometrium tumbuh di miometrium, yang seharusnya hanya terdiri dari jaringan otot.

Meskipun banyak wanita dengan adenomiosis juga menderita endometriosis, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Endometriosis terjadi ketika sel-sel mirip endometrium tumbuh di luar rahim, terutama di rongga panggul.

Tantangan dalam Diagnosis

Adenomiosis sering sulit didiagnosis. Sebelumnya, satu-satunya cara untuk memastikan adanya kondisi ini adalah melalui pemeriksaan jaringan setelah histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Namun, berkat kemajuan teknologi medis, seperti MRI dan USG panggul, kini adenomiosis bisa didiagnosis tanpa perlu menjalani prosedur bedah.

Meski demikian, belum ada metode standar yang dapat digunakan oleh dokter untuk diagnosis non-bedah, sehingga jumlah pasti wanita yang menderita adenomiosis belum dapat dipastikan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20 persen wanita yang menjalani histerektomi karena alasan lain, ternyata memiliki gejala adenomiosis.

Pengobatan dan Perawatan

Beberapa pilihan pengobatan tersedia untuk wanita dengan adenomiosis, termasuk obat hormonal seperti kontrasepsi oral dan alat kontrasepsi yang melepaskan progesteron (Mirena). Selain itu, ada juga obat yang menghentikan produksi hormon seks, seperti GnRHa, serta obat non-hormonal untuk mengurangi perdarahan.

Namun, pengobatan yang berhasil untuk beberapa wanita belum tentu efektif bagi yang lain, yang menunjukkan bahwa adenomiosis mungkin memiliki berbagai jenis atau bentuk yang mempengaruhi pengobatan. Oleh karena itu, penanganan harus disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasien, termasuk apakah mereka ingin memiliki anak di masa depan.

Jika pengobatan medis tidak berhasil mengatasi gejala, ada pilihan bedah, seperti pengangkatan lesi fokal atau bahkan histerektomi.

Kebutuhan untuk Peningkatan Kesadaran dan Penelitian

Meskipun adenomiosis adalah kondisi yang memengaruhi banyak wanita, terutama yang berada dalam usia reproduktif, perhatian klinis dan penelitian mengenai kondisi ini masih terbatas. Kurangnya pengetahuan di kalangan tenaga medis dan masyarakat umum menjadi salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan pemahaman tentang adenomiosis.

Para ahli medis dan peneliti masih berusaha menemukan metode diagnosis non-invasif yang lebih akurat, serta solusi jangka panjang untuk pengobatan, bahkan berharap suatu hari nanti dapat ditemukan cara untuk menyembuhkan kondisi ini.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment