Sahabat.com - Peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak tidak bisa dianggap remeh. Setiap tindakan, setiap perkataan, setiap keputusan yang diambil orang tua memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan psikologis anak.
Namun tanpa disadari, kesalahan orang tua bisa memicu sifat narsistik pada anak. Salah satu kesalahan yang paling umum dilakukan orang tua adalah memberikan pujian yang berlebihan dan tidak pantas.
Pola asuh ibu dan ayah mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, khususnya perilaku narsistik. Perilaku ini dapat terjadi pada tahun-tahun pembentukannya, ketika mereka mulai menunjukkan rasa superioritas dan hak, serta kurangnya empati terhadap orang-orang di sekitarnya.
Ketika anak-anak dipuji tanpa memperhatikan kualitas atau usaha mereka yang sebenarnya, mereka dapat mengembangkan pandangan yang tidak realistis terhadap diri mereka sendiri.
Pujian yang berlebihan dan tidak proporsional dapat membuat anak merasa lebih unggul dari orang lain dan dapat menimbulkan sifat narsistik.
Untuk memahami fenomena ini, para ibu diimbau untuk mewaspadai dampak dari seluruh kebijakan dan pola pengasuhan yang diterapkan.
Dengan menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, para ibu dapat membantu anaknya tumbuh menjadi pribadi yang seimbang, berempati, dan menghargai orang lain.
Kesalahan Mengasuh Anak yang Menyebabkan Anak Narsistik
Pelatih parenting Cody Isabelle di CNBC Make It berbagi kesalahan yang harus dihindari para ibu untuk mencegah anak mereka mengembangkan sifat narsistik.
1. Membenarkan Perilaku Negatif
Seiring bertambahnya usia, anak kecil Anda pasti akan memperhatikan dan meniru tindakan orang tua Anda sehari-hari. Ketika seorang ibu bersikap negatif dan membenarkan perilaku tersebut di hadapan anaknya.
Hal ini mendorong anak-anak untuk meniru dan mempraktikkan perilaku tersebut di komunitasnya.
Misalnya, jika seorang pramusaji membuat kesalahan dengan pesanannya dan Anda menanggapinya dengan meremehkan atau membentak pramusaji alih-alih menangani situasi tersebut dengan sopan, anak kecil Anda akan memperhatikan reaksi ini dan memahami bahwa hal tersebut dapat diterima dalam jangkauan.
Sangat penting untuk mengajarkan dan menunjukkan kepada kecerdasan emosional (EQ) dan komponen empati.
Bantulah anak untuk mengenali emosinya.
Sebutkan emosi yang dialami anak Anda.
Melatih kecerdasan emosional akan membantu anak Anda lebih mudah mengekspresikan emosi di kemudian hari dan lebih memperhatikan perasaan orang lain.
2. Tidak Mengakui Emosi Anak
Bila ibu sering mengalihkan perhatian dan mengabaikan emosi yang diungkapkan anak. Ibu mengajari bahwa mengekspresikan emosi itu salah.
Anak Anda mungkin kesulitan mengendalikan perilakunya, yang dapat menimbulkan sejumlah masalah seiring bertambahnya usia anak. Dimulai dari perilaku narkotika seperti, Kecanduan adalah ciri umum narsisme. Penelitian juga menunjukkan bahwa rasa malu, cemas, dan takut adalah akar dari kehidupan batin orang narsistik.
Seorang ibu bisa menggunakan cermin untuk melabeli perasaan anaknya. Memvalidasi perasaan berarti memberi tahu mereka bahwa perasaan mereka normal.
Saat seorang ibu menjemput anaknya dari sekolah. Mereka masuk ke dalam mobil dan membanting pintu dengan marah. Daripada menyalahkannya atas perilaku buruknya, cobalah menenangkannya dengan mengatakan, "Sepertinya harimu tidak menyenangkan di sekolah!" Apa yang terjadi?''
Setelah anak Anda menceritakan apa yang terjadi, Anda dapat menegaskan perasaannya dengan mengatakan, 'Itu buruk'.
Ini tidak berarti Anda setuju dengan respons emosionalnya, namun beri tahu dia bahwa perasaannya dapat diterima. Seiring waktu, anak-anak menjadi lebih baik dalam memercayai dan mengelola emosinya.
3. Jangan Sentuh Perilaku Narsistik Anak Anda
Jika anak Anda mengamuk di depan umum karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, jangan biarkan hal itu berlanjut. Dalam situasi ini, tidak perlu mempermalukan anak. Yang paling penting adalah menjauhkan anak dari situasi tersebut.
Ibu bisa bertanya, "Apa yang terjadi?" dan "Apa yang kamu rasakan?" Dengan cara ini, anak akan mulai bercerita mengenai keseharian dan masalah yang menimpa.
Daripada menerima disfungsi emosional yang dialami anaknya, para ibu membantu anaknya mengembangkan empati, kesadaran sosial, dan keterampilan pengaturan emosi. Mengelola emosi ini penting untuk membangun kecerdasan emosional (EQ).
Sebaliknya, jika Anda mengabaikan perasaan Anda, teman Anda akan mencari perhatian dan mengembangkan kepribadian narsis dalam diri Anda.
0 Komentar
Terungkap! ADHD Bisa Picu Gangguan Cemas Serius pada Anak Perempuan, Waspadai Gejalanya Sejak Dini!
Hati-Hati, Mobil SUV Bisa Jadi Pembunuh Diam-Diam di Jalanan!
Miris! Orang Tua yang Kecanduan Alkohol 2 Kali Lebih Rentan Menyakiti Anak, Ini Fakta Mengejutkannya
Fakta Mengejutkan: Perempuan Kini Unggul di Olahraga Ekstrem, Sahabat Pasti Nggak Nyangka!
Bahaya Tersembunyi di Balik Asap Manis Vape: Bisa Bikin Paru-Paru Rusak Permanen, Sahabat!
Leave a comment