Sahabat.com - Sleep apnea, kondisi di mana seseorang berhenti bernapas sementara saat tidur akibat terhalangnya saluran napas, merupakan faktor risiko besar untuk penyakit jantung dan stroke. Meski diet tidak sehat dan gaya hidup kurang gerak sudah dikenal sebagai penyebab utama, sleep apnea juga berperan penting dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Berbeda dengan solusi untuk diet tidak sehat dan kurang olahraga yang sudah jelas, penanganan sleep apnea cenderung lebih kompleks. Salah satu pengobatan yang banyak digunakan adalah mesin CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), yang membantu pernapasan selama tidur dengan memompa udara melalui masker. Namun, meski efektif, penggunaan CPAP sering kali tidak nyaman dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang. Sebuah studi menunjukkan bahwa dalam waktu tiga tahun, sekitar setengah pasien yang menggunakan mesin CPAP berhenti menggunakannya.
Alternatif lain adalah perangkat "mandibular advancement" yang berbentuk seperti pelindung gigi dan berfungsi untuk mendorong rahang serta lidah ke depan, guna menjaga saluran napas tetap terbuka. Meskipun efektif untuk mengurangi gejala sleep apnea ringan hingga sedang, perangkat ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada minggu-minggu pertama penggunaan, seperti mulut kering, nyeri pada gigi, gusi, dan rahang. Selain itu, perangkat ini memerlukan pemantauan jangka panjang karena dapat mengubah posisi gigitan, yang terkadang memerlukan perawatan ortodontik.
Karena kekurangan-kekurangan tersebut, banyak orang mencari solusi yang lebih murah, tidak invasif, dan lebih praktis. Salah satu solusi yang kini mulai populer adalah **"mouth taping"** atau menutup mulut dengan perekat saat tidur, yang diyakini dapat mengurangi risiko saluran napas terhambat dengan memaksa napas melalui hidung.
Namun, meskipun banyak yang berharap mouth taping bisa menjadi solusi instan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa metode ini tidak efektif untuk semua orang. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa meskipun mouth taping meningkatkan aliran udara pada beberapa peserta, pada peserta lain justru mengurangi aliran udara. Oleh karena itu, mouth taping tidak bisa dianggap sebagai solusi yang cocok untuk semua orang.
Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa meskipun mouth taping dapat memberikan manfaat pada penderita sleep apnea ringan, ada juga efek samping yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah "mouth puffing"—pernapasan melalui sisi mulut yang tidak tertutup tape, yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah dan penumpukan karbon dioksida. Kondisi ini berpotensi memicu stres pada tubuh dan memperburuk gejala sleep apnea seperti mendengkur dan penyempitan saluran napas pada sekitar sepertiga orang yang mencobanya.
Pemasangan perekat di sekitar mulut juga dapat menyebabkan iritasi kulit. Kulit di sekitar mulut sangat sensitif, mengingat banyaknya serabut saraf yang ada di bibir. Iritasi ini bisa berkembang menjadi dermatitis atau infeksi folikulitis pada rambut di sekitar bibir. Lebih parahnya lagi, jika tape menempel terlalu lama atau digunakan secara tidak tepat, bisa menyebabkan kulit terkelupas, yang meningkatkan risiko infeksi dan rasa sakit yang luar biasa.
Yang lebih berbahaya lagi, mouth taping bisa sangat berisiko jika seseorang memiliki infeksi pernapasan atau kondisi yang sudah menyempitkan trakea. Dalam kondisi seperti ini, penggunaan tape dapat memperburuk pengurangan asupan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Bahkan, bagi mereka yang mengalami muntah saat tidur, terutama jika terpapar infeksi seperti norovirus, mouth taping dapat berisiko fatal, karena bisa menyebabkan aspirasi muntahan ke dalam paru-paru, yang dapat berujung pada pneumonia aspirasi atau kematian.
Secara keseluruhan, meskipun mouth taping terlihat sebagai solusi sederhana dan murah untuk sleep apnea, risikonya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Oleh karena itu, bagi penderita sleep apnea, konsultasi dengan dokter dan pilihan pengobatan yang lebih aman dan efektif seperti CPAP atau perangkat mandibular advancement tetap menjadi pilihan yang lebih bijak.
0 Komentar
Rahasia Otak Awet Muda Terungkap! Gaya Hidup Ini Bisa Cegah Pikun dan Alzheimer Sejak Dini
Cuma Gerak Sedikit di Usia 40-50an Bisa Bikin Otak Lebih Tajam & Hindari Alzheimer, Kok Bisa?
Benarkah Ciuman Bisa Menularkan Gluten? Ini Jawaban Ilmiahnya
Ngeri! Kompor Gas di Rumah Bisa Gandakan Risiko Kanker pada Anak, Ini Fakta Mengejutkannya
Ternyata Selama Ini Kita Salah! Makanan yang Dianggap Berbahaya Ini Justru Aman untuk Pencernaan
Operasi Sinus Ini Lebih Cepat, Minim Sakit, dan Efektif Angkat Polip Hidung! Kamu Wajib Tahu!
Leave a comment