Bahaya Tersembunyi di Balik Bubble Tea: Minuman Hits yang Diam-Diam Bisa Ganggu Kesehatanmu

24 Oktober 2025 16:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Antrean panjang di depan gerai bubble tea jadi pemandangan umum di kota besar.

Sahabat.com - Siapa yang tidak tergoda dengan minuman manis berwarna pastel dan topping kenyal bernama bubble tea? Sejak booming dari Taiwan pada era 1980-an, bubble tea kini menjamur di seluruh dunia — termasuk di Indonesia. Tapi di balik tampilannya yang lucu dan rasanya yang nagih, ternyata ada bahaya tersembunyi yang patut diwaspadai.

Menurut laporan Consumer Reports, beberapa produk bubble tea di Amerika ditemukan mengandung kadar timbal tinggi. Hal ini terjadi karena bahan utama “pearls” atau bola tapioka dibuat dari singkong, tanaman yang mudah menyerap logam berat seperti timbal dari tanah. 

“Meski belum ada penelitian serupa di Inggris atau Asia, hasil ini sudah cukup jadi alarm peringatan,” kata Adam Taylor, peneliti dari The Conversation.

Selain potensi kontaminasi, konsumsi tapioka berlebih bisa memperlambat proses pencernaan hingga menyebabkan gangguan lambung serius seperti gastroparesis. Dalam kasus ekstrem, bola tapioka bisa menyebabkan penyumbatan usus, memicu mual, nyeri perut, dan sembelit parah. Bahkan bahan pengental seperti guar gum yang sering digunakan juga dapat memperburuk konstipasi jika dikonsumsi terlalu sering.

Tak hanya itu, dokter di Taiwan pernah menemukan lebih dari 300 batu ginjal dalam tubuh seorang wanita berusia 20 tahun yang mengaku rutin minum bubble tea setiap hari dan jarang minum air putih. Kandungan oksalat dan fosfat tinggi dalam minuman ini dapat memicu terbentuknya batu ginjal jika dikonsumsi berlebihan.

Bagi anak-anak, risiko tersedak juga nyata. Ada kasus tragis di Singapura, di mana seorang remaja meninggal setelah tanpa sengaja menghirup tiga bola tapioka saat menyeruput terlalu keras melalui sedotan.

Masalah lain yang tak kalah penting adalah kandungan gula. Satu gelas bubble tea umumnya mengandung 20–50 gram gula, bahkan lebih tinggi dari satu kaleng soda. Studi di Taiwan menunjukkan anak-anak yang rutin minum bubble tea lebih rentan mengalami kerusakan gigi dan obesitas. 

Kandungan gula dan lemak yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak, hingga gangguan metabolisme.
Yang mengejutkan, penelitian terbaru menunjukkan konsumsi bubble tea berlebihan bisa berdampak pada kesehatan mental. 

Studi di China menemukan adanya hubungan antara konsumsi rutin bubble tea dengan meningkatnya kecemasan, depresi, dan kelelahan mental — terutama pada anak muda dan tenaga kesehatan.

Para ahli menegaskan, bukan berarti bubble tea harus dihindari sepenuhnya, tapi sebaiknya diminum sesekali saja. 

“Nikmati bubble tea sebagai treat, bukan kebiasaan harian,” ujar Taylor. 

Ia juga menyarankan untuk minum langsung dari gelas tanpa sedotan agar bisa mengontrol jumlah tapioka yang masuk.

Bubble tea boleh tetap hits, tapi kesehatan tetap nomor satu. Sesekali tak masalah, asal tahu batasnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment