Defisiensi Vitamin D pada Masa Awal Hidup Dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Autoimun

29 Oktober 2024 14:18
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D di awal kehidupan dapat berperan dalam perkembangan penyakit autoimun dan memengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Sahabat.com - Defisiensi vitamin D pada masa awal kehidupan dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit autoimun, menurut sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Science Advances. Penelitian ini menyoroti pentingnya vitamin D tidak hanya untuk kesehatan tulang, tetapi juga untuk fungsi sistem kekebalan tubuh.

Studi yang dilakukan menggunakan model tikus ini menunjukkan bahwa gangguan pada enzim kunci yang mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya dapat berdampak negatif pada perkembangan sel T. Sel T adalah sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. Akibat dari defisiensi vitamin D, terjadi peningkatan jumlah sel T auto-reaktif, yang dapat menyerang jaringan tubuh sendiri.

John White, PhD, penulis studi dan profesor fisiologi di Universitas McGill, Montreal, menjelaskan, "Studi kami menunjukkan bahwa vitamin D diperlukan untuk perkembangan timus yang normal, seleksi yang optimal terhadap sel T auto-reaktif, serta keberlangsungan timus itu sendiri."

Peran Penting Sel T dalam Sistem Kekebalan

Sel T berperan dalam mengatur respon kekebalan terhadap infeksi dan mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi atau kanker. Kemampuan sel T untuk membedakan antara protein tubuh sendiri dan protein asing adalah kunci untuk menghindari reaksi autoimun. Proses ini, yang dikenal sebagai toleransi sel T, terjadi di timus, organ yang terletak di dada.

Dampak Vitamin D pada Fungsi Sel T

Vitamin D berperan dalam pematangan sel T dengan memengaruhi ekspresi gen yang diperlukan untuk toleransi sel T. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat mengurangi ukuran timus, serta mengganggu seleksi negatif sel T yang diperlukan untuk menghindari serangan terhadap jaringan tubuh sendiri.

Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa tikus yang tidak dapat memproduksi bentuk aktif vitamin D memiliki timus yang lebih kecil dan jumlah sel T yang lebih rendah. Selain itu, mereka juga menunjukkan tanda-tanda autoimunitas, termasuk peningkatan autoantibodi di jaringan tertentu.

Potensi Hubungan dengan Diabetes Tipe 1

Menariknya, tikus yang lebih tua tanpa vitamin D aktif menunjukkan gangguan dalam regulasi glukosa, yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1. White menegaskan, "Kami menemukan bahwa pengembangan populasi sel epitel di timus yang penting untuk seleksi negatif sel T terganggu pada tikus mutan."

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D di awal kehidupan dapat berperan dalam perkembangan penyakit autoimun dan memengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan. Penemuan ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut mengenai peran vitamin D dalam pencegahan penyakit autoimun dan pengelolaan kesehatan di masa depan.


 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment