Diet Keto Bisa Bikin Otak Awet Muda? Ini Penjelasan Ilmiahnya dari Peneliti AS

22 Oktober 2025 11:57
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi terbaru dari University of Missouri-Columbia menemukan bahwa diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat (keto) dapat membantu menjaga energi otak serta mencegah penurunan kognitif, terutama pada wanita yang memiliki gen APOE4 — gen yang dikenal meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.

Sahabat.com - Sebuah studi terbaru dari University of Missouri-Columbia menemukan bahwa diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat (keto) dapat membantu menjaga energi otak serta mencegah penurunan kognitif, terutama pada wanita yang memiliki gen APOE4 — gen yang dikenal meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.

Dalam penelitian ini, tim ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor Ai-Ling Lin dan mahasiswi doktoralnya, Kira Ivanich, menemukan bahwa tikus betina dengan gen APOE4 menunjukkan perbaikan kesehatan otak dan usus setelah menjalani pola makan keto. Menariknya, efek positif ini tidak ditemukan pada tikus jantan, yang berarti manfaat diet keto bisa berbeda antara pria dan wanita.

Ivanich menjelaskan, kuncinya ada pada cara otak memproduksi energinya. Ia mengatakan, “Ketika kita makan karbohidrat, otak mengubah glukosa menjadi bahan bakar. Tapi pada orang dengan gen APOE4 — terutama perempuan — otak sulit mengubah glukosa menjadi energi, dan hal itu bisa memicu penurunan fungsi kognitif seiring waktu. Dengan diet keto, tubuh menghasilkan keton yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi 
otak.”

Dengan kata lain, mengganti karbohidrat dengan lemak sehat seperti dari ikan, alpukat, kacang-kacangan, dan telur bisa membantu otak bekerja lebih efisien dan tahan terhadap proses penuaan.

Profesor Lin menambahkan, temuan ini juga membuka pintu bagi pendekatan baru yang disebut “precision nutrition”, yaitu cara makan yang disesuaikan dengan kondisi genetik dan biologi masing-masing orang. 

“Alih-alih menganggap satu diet cocok untuk semua orang, akan lebih baik jika pola makan disesuaikan dengan faktor seperti gen, mikrobioma usus, jenis kelamin, dan usia,” ujarnya. 

Ia juga menekankan bahwa pencegahan dini sangat penting karena gejala Alzheimer biasanya baru muncul setelah usia 65 tahun, saat kerusakan otak sudah sulit diperbaiki.

Menariknya, penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kerja sama lintas bidang di lingkungan riset seperti NextGen Precision Health Building di Universitas Missouri sangat membantu mempercepat proses penemuan ilmiah. 

Lin menyebut, “Kami bisa melakukan hampir semua proses penelitian di satu tempat — mulai dari riset dasar hingga uji klinis. Ini benar-benar bentuk kolaborasi ilmiah yang berdampak nyata.”

Bagi Ivanich sendiri, riset ini punya makna pribadi. Ia mengungkapkan, “Ketika nenek saya didiagnosis Alzheimer, saya bertekad untuk memahami penyakit ini dan menemukan cara mencegahnya. Mengetahui bahwa penelitian kami bisa membantu banyak orang menjaga kesehatan otak adalah hal yang sangat berarti bagi saya.”

Temuan lengkap mereka diterbitkan di jurnal Journal of Neurochemistry, dengan judul “Ketogenic Diet Modulates Gut Microbiota–Brain Metabolite Axis in a Sex‐ and Genotype‐Specific Manner in APOE4 Mice.” 

Hasil ini memperkuat keyakinan bahwa makanan bukan hanya soal bentuk tubuh, tapi juga kesehatan otak dan masa depan daya ingat kita.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment