Golongan Darah Mempengaruhi Risiko Stroke Dini, Menurut Penelitian

16 Oktober 2024 14:37
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti menemukan bahwa individu dengan variasi gen golongan A memiliki kemungkinan 16 persen lebih tinggi terkena stroke sebelum 60 tahun. Sebaliknya, mereka yang memiliki gen golongan O1 memiliki risiko 12 persen lebih rendah.

Sahabat.com - Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa individu dengan golongan darah A memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke sebelum usia 60 tahun dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Penelitian ini mengungkapkan hubungan signifikan antara gen golongan darah dan kejadian stroke dini.

Golongan darah, yang mencerminkan variasi zat kimia pada permukaan sel darah merah, terdiri dari tipe A, B, AB, dan O. Dalam penelitian yang diterbitkan pada tahun 2022, peneliti mengkaji data dari 48 studi genetik yang melibatkan sekitar 17.000 pasien stroke dan hampir 600.000 orang tanpa stroke, semua peserta berusia antara 18 hingga 59 tahun.

Analisis genomik menemukan dua lokasi genetik yang berkaitan dengan peningkatan risiko stroke. Salah satu lokasi tersebut bertepatan dengan gen golongan darah. Peneliti menemukan bahwa individu dengan variasi gen golongan A memiliki kemungkinan 16 persen lebih tinggi terkena stroke sebelum 60 tahun. Sebaliknya, mereka yang memiliki gen golongan O1 memiliki risiko 12 persen lebih rendah.

Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan darah A terkait dengan risiko stroke yang lebih tinggi, penulis senior penelitian, Dr. Steven Kittner dari Universitas Maryland, menekankan bahwa risiko tambahan ini kecil dan tidak memerlukan kewaspadaan atau pemeriksaan ekstra.

"Saat ini, kami belum mengetahui dengan pasti mengapa golongan darah A membawa risiko lebih tinggi," ujar Kittner. "Namun, kemungkinan besar berkaitan dengan faktor pembekuan darah dan komponen lain yang berperan dalam pembentukan bekuan."

Temuan ini juga harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Di Amerika Serikat, sekitar 800.000 orang mengalami stroke setiap tahun, dan sebagian besar terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas, dengan risiko meningkat dua kali lipat setiap dekade setelah usia 55 tahun.

Penelitian ini melibatkan partisipan dari berbagai wilayah, termasuk Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia, tetapi hanya 35 persen dari peserta berasal dari keturunan non-Eropa. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih beragam diperlukan untuk memperjelas hasil ini.

Kittner menambahkan, "Kami memerlukan lebih banyak studi untuk memahami mekanisme peningkatan risiko stroke."

Penelitian juga menunjukkan perbedaan antara stroke yang terjadi pada individu di bawah dan di atas 60 tahun. Dalam analisis terpisah terhadap sekitar 9.300 pasien stroke berusia di atas 60 tahun, peneliti menemukan bahwa risiko stroke pada golongan darah A tidak signifikan dalam kelompok ini. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme stroke pada usia muda mungkin berbeda dibandingkan dengan yang terjadi pada usia lanjut.

Temuan lain menyebutkan bahwa individu dengan golongan darah B memiliki risiko 11 persen lebih tinggi terkena stroke tanpa memandang usia. Penelitian sebelumnya juga mengaitkan bagian genom yang mengkode golongan darah, yang dikenal sebagai lokus ABO, dengan kondisi seperti kalsifikasi arteri koroner dan serangan jantung.

Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai faktor genetik yang dapat mempengaruhi risiko stroke dan menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut dalam bidang ini.
 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment