Sahabat.com - Siapa sangka, kabar baik datang untuk kamu yang sering kesakitan karena migrain tapi juga sedang merencanakan atau sudah menjalani kehamilan.
Sebuah studi terbaru di Norwegia menyimpulkan bahwa penggunaan obat migrain golongan triptan—baik sebelum maupun selama kehamilan—tidak meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf seperti autisme, ADHD, atau kesulitan bicara pada anak.
Peneliti menggunakan data dari registri kesehatan seluruh penduduk Norwegia dan menelusuri 26.210 kehamilan pada wanita yang punya riwayat migrain.
“Hasil ini sangat menggembirakan bagi penderita migrain, yang mungkin sudah mengonsumsi obat ini sebelum tahu ia sedang hamil, dan informasi ini akan membantu para dokter membuat keputusan yang lebih tepat dalam merawat serangan migrain yang melemahkan,” kata Hedvig Nordeng, Ph.D., penulis studi dari University of Oslo.
Dari total itu, lebih dari 80% wanita sempat mengonsumsi triptan dalam setahun sebelum kehamilan, sedangkan sisanya tidak. Mereka dibagi dalam empat kelompok: penghenti dini sebelum hamil (42%), peningkatan konsumsi lalu berhenti di awal kehamilan (31%), konsumsi sedang yang berlanjut di awal kehamilan (21%), dan yang terus pakai obat hingga masa kehamilan (6%).
Anak-anak dari para ibu tersebut dipantau rata-rata selama delapan tahun—bahkan hingga usia 14 tahun untuk beberapa—untuk melihat apakah ada yang terdiagnosis gangguan perkembangan saraf, mulai dari spektrum autisme, ADHD, hingga gangguan bicara dan koordinasi. Hasilnya: 4,3% anak menderita satu dari gangguan tersebut, dengan ADHD dan masalah bicara paling umum. Angka ADHD pada kelompok konsumsi tertinggi hanya 2,2% vs 2,1% pada yang tak pakai obat, sementara gangguan bicara 1,1% vs 1,0%.
Saat data disesuaikan untuk faktor lain—seperti adanya riwayat gangguan serupa pada orangtua, asupan asam folat, atau pemakaian obat lain seperti opioid dan antidepresan—ternyata paparan triptan secara prenatal tidak meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf pada anak.
“Migrain memengaruhi hampir satu dari lima orang usia subur,” ujar Nordeng.
“Meski gejala sering membaik saat hamil, sekitar 8% justru memburuk dan dapat meningkatkan risiko komplikasi ibu dan janin. Jadi, penting untuk memiliki opsi pengobatan yang aman.”
Perlu diingat, penelitian ini hanya mencatat resep yang ditebus, bukan jaminan obat benar-benar dikonsumsi. Jadi, paparan sesungguhnya bisa berbeda dari estimasi.
0 Komentar
Rahasia Buah dan Sayur Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes & Serangan Jantung Secara Alami!
Makan Buah dan Sayur Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Serangan Jantung? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Vaksin Ini Bisa Cegah Jutaan Orang Terinfeksi Chikungunya, Kok Belum Dipakai Massal?
Hati-Hati! Obat Tulang Populer Ini Bisa Bikin Rahang Rusak Parah
Diet Ketat Tapi Aman? Ternyata Bisa Bikin Sembuh Diabetes dan Atasi Gangguan Makan Sekaligus!
Wangi Parfum Bisa Merusak Pelindung Tak Kasatmata di Tubuhmu, Ini Fakta yang Bikin Kaget!
Leave a comment