Ilmuwan Peringatkan: Air Minum dalam Botol Plastik Bisa Bahayakan Kesehatan Jangka Panjang

01 Oktober 2025 14:47
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sarah Sajedi dari Concordia University menunjukkan bahwa penggunaan rutin botol plastik dapat memasukkan puluhan ribu partikel mikroplastik dan nanoplastik ke dalam tubuh setiap tahunnya.

Sahabat.com - Air minum dalam botol plastik sekali pakai ternyata menyimpan risiko serius bagi kesehatan tubuh manusia. 

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sarah Sajedi dari Concordia University menunjukkan bahwa penggunaan rutin botol plastik dapat memasukkan puluhan ribu partikel mikroplastik dan nanoplastik ke dalam tubuh setiap tahunnya. 

Jika seseorang mengandalkan air kemasan setiap hari, jumlah partikel yang masuk bisa meningkat hingga 90 ribu lebih banyak dibanding mereka yang lebih sering minum air keran.

Mikroplastik berukuran sangat kecil, mulai dari 1 mikron hingga 5 milimeter, sementara nanoplastik bahkan lebih kecil lagi. Partikel ini dilepaskan dari botol plastik ketika diproduksi, disimpan, diangkut, bahkan saat terkena panas matahari atau perubahan suhu. 

Karena sebagian besar botol terbuat dari plastik berkualitas rendah, partikel mikro dan nano tersebut akan mudah terlepas lalu langsung masuk ke tubuh saat air diminum.

Bahaya kesehatan yang ditimbulkan bukan sekadar sementara. Menurut Sajedi, partikel plastik bisa menembus penghalang biologis, masuk ke aliran darah, lalu mencapai organ-organ penting. 

Kehadirannya berpotensi memicu peradangan kronis, stres oksidatif sel, gangguan hormon, masalah reproduksi, kerusakan saraf, hingga kanker tertentu. 

“Air minum dalam botol plastik boleh digunakan dalam kondisi darurat, tapi tidak sebaiknya dijadikan kebiasaan sehari-hari. Masalah utamanya bukan racun akut, melainkan racun kronis,” jelas Sajedi.

Hasil tinjauan yang dipublikasikan dalam Journal of Hazardous Materials ini menganalisis lebih dari 140 penelitian ilmiah tentang dampak botol plastik sekali pakai. 

Sayangnya, riset tentang bahaya jangka panjang dari partikel ini masih sangat terbatas, sebagian besar karena sulitnya mendeteksi mikro dan nanoplastik dengan standar yang konsisten. Alat pengukuran canggih memang ada, tapi biayanya mahal dan tidak mudah diakses secara luas.

Meski beberapa negara telah mengambil langkah membatasi penggunaan plastik sekali pakai, fokus kebijakan masih lebih banyak pada kantong plastik, sedotan, dan kemasan makanan, sementara botol air plastik belum banyak disentuh regulasi. 

Sajedi menegaskan bahwa pendidikan masyarakat adalah pencegahan terbaik. 

“Orang harus memahami bahwa bahaya dari botol plastik bukan langsung terasa, tapi menumpuk dalam jangka panjang,” ujarnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment