Jangan Anggap Remeh Kata-Kata Saat USG, Bisa Bentuk Karakter Anak Sejak Dalam Kandungan!

23 Juli 2025 14:21
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian baru dari University of Notre Dame menunjukkan bahwa kesan pertama dari hasil USG bisa membentuk cara orang tua memperlakukan anaknya kelak, dan itu akan berdampak juga pada perilaku anak saat tumbuh besar.

Sahabat.com - Siapa sangka momen melihat gambar USG untuk pertama kalinya bisa begitu membekas di ingatan? Banyak orang tua pasti masih ingat betapa deg-degannya mereka saat itu—membayangkan si kecil nanti jadi bayi aktif, manja, pemalu, atau bahkan keras kepala. 

Tapi tahukah sahabat, ternyata cara tenaga medis menggambarkan bayi saat USG bisa memengaruhi cara kita memandang anak kita, bahkan sebelum mereka lahir!

Penelitian baru dari University of Notre Dame menunjukkan bahwa kesan pertama dari hasil USG bisa membentuk cara orang tua memperlakukan anaknya kelak, dan itu akan berdampak juga pada perilaku anak saat tumbuh besar. 

Kaylin Hill, dosen psikologi di kampus tersebut sekaligus peneliti utama, mengatakan, “Pengalaman USG itu momen yang emosional banget, bisa memperkuat kenyataan bahwa kita akan punya bayi dan mulai menciptakan kenangan baru.”

Bayangkan, saat teknisi USG bilang, “Wah, bayinya aktif banget sampai susah diambil gambarnya,” atau sebaliknya, “Bayinya tenang banget, gampang difoto.” 

Ternyata, kalimat-kalimat kecil itu bisa nempel di pikiran orang tua dan membentuk ekspektasi mereka terhadap anaknya. 

Menurut Hill, "Ketika kami meminta calon orang tua mendeskripsikan bayinya, 70% jawaban mereka ternyata berkaitan langsung dengan pengalaman di ruang pemeriksaan USG."

Dan dampaknya nggak main-main, lho. Penelitian ini juga membuktikan bahwa anak-anak yang selama dalam kandungan dideskripsikan secara positif oleh orang tuanya, cenderung tumbuh jadi balita yang punya lebih sedikit masalah perilaku. Sementara anak-anak yang sebelumnya mendapat label negatif—meski tanpa sadar—dari hasil USG, ternyata lebih banyak mengalami kesulitan emosi dan perilaku, seperti gampang marah, susah tidur, atau jadi cemas berlebihan.

Studi ini dibagi dua bagian. Pertama, mereka mengamati 320 ibu hamil dan mencatat deskripsi mereka terhadap bayinya, lalu melihat perkembangan anak tersebut saat berusia 18 bulan. Hasilnya? 

Anak-anak yang sejak awal digambarkan dengan kata-kata positif, tumbuh dengan emosi yang lebih stabil dan perilaku yang lebih baik.

Yang menarik, peneliti juga mencoba skenario imajiner ke 161 partisipan. Mereka diminta membayangkan hasil USG yang gagal memperlihatkan gambar bayi dengan berbagai alasan. 

Ada yang diberi tahu bahwa bayinya susah diajak kerja sama, ada yang dibilang alatnya rusak, dan ada juga yang cuma diberi harapan akan dijadwal ulang. Hasilnya? 

Orang-orang yang mendengar bahwa bayinya “tidak kooperatif” cenderung mendeskripsikan bayinya dengan kata negatif. 

Sementara yang mendengar kabar netral atau positif, lebih optimis dan hangat dalam membicarakan sang buah hati.

“Interaksi kecil kayak gini kelihatannya sepele,” kata Hill, “tapi nyatanya bisa punya efek jangka panjang terhadap hubungan orang tua dan anak.” 

Karena itulah, penting banget bagi tenaga kesehatan untuk sadar bahwa kata-kata mereka punya kekuatan besar—apalagi di masa sensitif seperti kehamilan.

Hill juga menambahkan bahwa masa kehamilan sampai satu tahun setelah persalinan adalah periode rawan untuk kesehatan mental orang tua. 

“Kalau pengalaman USG saja bisa memengaruhi pandangan seseorang terhadap anaknya, berarti ini bisa berdampak besar ke kualitas pengasuhan, yang ujungnya memengaruhi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.”

Penelitian ini dilakukan bersama tim dari Vanderbilt University dan didanai oleh National Institute of Mental Health dan National Science Foundation. Jadi sahabat, lain kali kalau kamu atau temanmu lagi di ruang USG, coba perhatikan baik-baik kata-kata yang diucapkan oleh teknisi. Karena siapa tahu, satu kalimat saja bisa jadi benih harapan... atau sebaliknya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment