Kanker Apendiks Meledak di Usia Muda, Ilmuwan Heran dan Belum Temukan Penyebabnya

08 Desember 2025 17:14
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ilustrasi organ apendiks pada manusia.

Sahabat.com - Kasus kanker apendiks yang dulu sangat langka kini justru meningkat tajam pada generasi muda, dan para ilmuwan belum menemukan penyebab pastinya. Penelitian terbaru di AS menunjukkan Gen X dan Milenial tiga hingga empat kali lebih berisiko mengalami kanker pada organ kecil di ujung usus ini dibanding generasi lebih tua. Kini, satu dari tiga pasien kanker apendiks didiagnosis sebelum usia 50 tahun.

Pakar epidemiologi dari Vanderbilt University, Andreana Holowatyj, yang telah meneliti tren ini selama bertahun-tahun, mengatakan bahwa lonjakan tersebut sangat mengkhawatirkan. 

“Ada kesenjangan besar dalam pemahaman kita tentang kanker ini, padahal angka kejadiannya terus naik,” ujarnya. 

Ia sebelumnya menemukan bahwa insiden kanker apendiks melonjak 232 persen dalam rentang 2000 hingga 2016.

Gejala penyakit ini sering samar, mulai dari nyeri perut, kembung, hingga nyeri panggul—keluhan yang mudah dikira hanya gangguan pencernaan biasa. Karena kasusnya hanya sekitar 3.000 per tahun di AS, penelitian dan kesadaran masyarakat pun masih minim. 

Holowatyj menegaskan, “Meski kanker apendiks jarang, siapa pun yang merasakan gejala tersebut perlu memeriksakan diri agar diagnosis tidak terlambat.”

Tak ada panduan skrining khusus untuk kanker ini, dan beberapa kasus bahkan bisa keliru didiagnosis sebagai hernia, kista, atau endometriosis pada perempuan. Yang menarik, tumor apendiks berbeda dari kanker kolorektal: penyebarannya tidak sama, respons terhadap kemoterapi pun berbeda, dan lebih banyak terjadi pada usia muda.

Data terbaru menunjukkan kasus kanker apendiks pada mereka yang lahir 1976–1984 meningkat tiga kali lipat, dan empat kali lipat pada kelahiran 1981–1989. Para ahli menduga perubahan gaya hidup, kualitas makanan, kurang tidur, serta paparan lingkungan seperti mikroplastik dan bahan kimia mungkin berperan. Beberapa ahli juga mengaitkannya dengan tren kenaikan kanker usus pada usia muda.

Holowatyj memastikan timnya terus meneliti siapa yang paling berisiko dan faktor apa yang memicunya. Ia menegaskan, “Sebagai kanker langka, perhatian terhadap apendiks masih sangat terbatas. Kami berkomitmen mendorong pemahaman yang lebih baik demi para pasien.”

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment