 
           Sahabat.com - Kanker serviks menjadi salah satu penyebab utama kematian pada wanita di Indonesia, menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Muhammad Yusuf, Konsultan Ginekologi Onkologi dari Eka Hospital BSD, dalam konferensi pers di Tangerang, Minggu.
Menurut Dr. Yusuf, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan serius, terutama bagi perempuan di negara berkembang. “Banyak kasus kanker serviks terdiagnosis pada stadium lanjut karena tidak terdeteksi lebih awal. Padahal, kanker ini dapat dicegah melalui pemeriksaan rutin seperti pap smear,” jelasnya.
Pemeriksaan pap smear berfungsi untuk mendeteksi kelainan pada sel leher rahim sebelum berkembang menjadi kanker. “Penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan secara berkala agar kanker serviks dapat diidentifikasi dan ditangani sedini mungkin,” tambahnya.
Sebagian besar pengidap kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Namun, wanita perlu waspada terhadap beberapa tanda, seperti keputihan berulang yang berbau, pendarahan di luar siklus haid, dan pendarahan saat berhubungan intim.
Dr. Yusuf menyarankan agar semua wanita yang telah menikah dan aktif secara seksual melakukan pap smear. Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan setiap tiga tahun jika tidak ada keluhan atau gejala. Namun, bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, disarankan untuk menjalani pemeriksaan tahunan. Wanita hamil yang tidak mengalami kelainan dapat melakukan pap smear minimal tiga bulan setelah melahirkan.
Prosedur pap smear melibatkan pengambilan sampel jaringan dari leher rahim yang kemudian dianalisis di laboratorium. “Hasil pemeriksaan pap smear normal hampir mencapai 90 persen. Jika hasilnya abnormal, tidak selalu berarti terdapat kanker, tetapi memerlukan pemeriksaan lanjutan,” katanya.
Eka Hospital kini juga menawarkan pemeriksaan kanker serviks lebih awal melalui metode co-testing pap smear. Metode ini merupakan penggabungan antara pemeriksaan pap smear dan tes DNA HPV, yang memungkinkan deteksi keberadaan virus HPV di dalam tubuh dan sel-sel abnormal pada leher rahim.
“Dengan co-testing pap smear, dokter dapat mendeteksi kanker pada stadium awal lebih efektif dibandingkan dengan pap smear konvensional,” jelas Dr. Yusuf.
Dengan adanya teknologi ini, diharapkan angka kematian akibat kanker serviks dapat ditekan melalui deteksi dan penanganan yang lebih dini.
 
0 Komentar
 
    Waspada! Penyakit Gusi Ternyata Bisa Diam-Diam Merusak Otak
 
    Kim Kardashian Ungkap Punya Aneurisma Otak, Dokter Jelaskan Hubungannya dengan Stres!
 
    Waspada! Virus Umum Seperti Flu dan COVID-19 Bisa Naikkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke
 
    Buah Gurun yang Hampir Tak Dikenal Ini Diduga Bisa Jadi Kunci Alami Menyembuhkan Diabetes
 
    Penelitian Baru: Antibiotik 24 Jam Setelah Melahirkan Bisa Cegah Luka Jahitan Lebih Parah!
 
    Jangan Pernah Kencing di Luka Sengatan Ubur-Ubur! Ini Cara yang Benar Menurut Dokter
 
    
Leave a comment