Kemampuan Sains dan Matematika Anak Rendah, Ternyata Ini Penyebabnya

27 Juni 2024 13:43
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Anak Anda mungkin kurang memahami pelajaran karena penjelasan gurunya sulit dan tidak menarik. (iStock)

Sahabat.com - Mata pelajaran STEM (matematika, sains, teknologi, teknik) merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit bagi anak. Tidak jarang anak tidak bisa memperoleh nilai memuaskan meski terus belajar.

Tentu banyak penyebab mengapa anak kesulitan memahami sains dan matematika. Anak Anda mungkin kurang memahami pelajaran karena penjelasan gurunya sulit dan tidak menarik.

Namun ternyata ada faktor eksternal lain yang dapat menyulitkan anak dalam mempelajari sains dan matematika – pendidikan sejak usia dini.

Mengapa anak kesulitan belajar sains dan matematika?

Penelitian Bustamante dkk. Sebuah makalah tahun 2023 yang diterbitkan dalam Journal of American Psychological Association menemukan bahwa kualitas penitipan anak mempengaruhi keterampilan di bidang STEM selama sekolah menengah. Hubungan antara pola asuh orang tua dan keterampilan STEM lebih kuat terjadi pada anak-anak dari rumah tangga berpendapatan rendah.

1. Kualitas Perawatan dan Kemampuan Kognitif Anak

Sebuah studi tahun 2008 yang dilakukan oleh National Institute of Child Health and Human Development Early Childhood Care Research Network menemukan bahwa perawatan berkualitas tinggi dapat memberikan landasan kognitif dan bahasa yang kuat kepada anak-anak.

Berdasarkan hal tersebut, Bustamante dan rekannya berpendapat bahwa anak akan lebih tertarik dan percaya diri dalam mempelajari mata pelajaran STEM jika dipupuk rasa ingin tahunya sejak dini.

Sayangnya, hanya sedikit penelitian yang berfokus pada kualitas pengasuhan anak dan keterampilan STEM anak.

2. Penelitian Kualitas Penitipan Anak

Bustamante dkk. Meneliti data dari 979 keluarga yang berpartisipasi dalam Studi Perawatan Anak dan Perkembangan Masa Depan Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional. Anak-anak dalam sampel lahir antara tahun 1991 dan 2006.

Untuk menguatkan data, para peneliti juga mengunjungi pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak dari semua anak yang terdaftar setidaknya selama 10 jam per minggu. Pengamat mengunjungi anak-anak pada usia 6, 15, 24, 36, dan 54 bulan.

Tujuan kunjungan adalah untuk mengetahui sejauh mana pengasuh memberikan lingkungan yang hangat, mendukung, dan tanggap terhadap minat dan perasaan anak.

Selain itu, peneliti menilai pemberian stimulasi kognitif oleh pengasuh, termasuk penggunaan bahasa yang kaya, mengajukan pertanyaan untuk mengeksplorasi pemikiran anak, dan memberikan umpan balik untuk memperdalam pemahaman konsep anak.

3. Penelitian Nilai STEM

Pertanyaan selanjutnya yang diselidiki adalah seberapa sukses anak-anak di bidang STEM di sekolah dasar dan menengah. Evaluasi keberhasilan dilakukan dengan melihat hasil tes standar berpikir, aritmatika, dan matematika siswa kelas 3-5. Mata pelajaran IPA dan matematika juga paling banyak diselesaikan oleh siswa. 

Temuan Penelitian
Peneliti menemukan dua aspek pola asuh yang berperan penting dalam pencapaian STEM anak: stimulasi kognitif yang tinggi serta sensitivitas dan daya tanggap pengasuh yang baik. Kedua aspek ini dapat memprediksi keterampilan STEM anak kelas 3 hingga kelas 5, yang selanjutnya dapat memprediksi keterampilan STEM di sekolah menengah.

Selain itu, hubungan antara kualitas pengasuhan anak dan keterampilan STEM lebih kuat pada anak-anak dari rumah tangga berpendapatan rendah. Pola asuh yang baik dapat menutup kesenjangan pencapaian STEM antara anak dari keluarga berpendapatan tinggi dan keluarga berpendapatan rendah.

Telah ditemukan bahwa kualitas penitipan anak mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja anak di masa depan. Anak-anak yang dibesarkan dengan baik akan dapat mencapai prestasi yang memuaskan meskipun ada kendala ekonomi.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment