Sahabat.com - Sebanyak empat dari sepuluh pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi dilaporkan mengalami nyeri saraf tepi yang parah, berdasarkan temuan dari sebuah tinjauan bukti terbaru. Hal ini menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan bagi pasien kanker.
Penelitian yang diterbitkan pada 28 Januari dalam jurnal Regional Anesthesia & Pain Medicine menunjukkan bahwa pasien-pasien ini seringkali merasakan gejala seperti kehilangan keseimbangan, kesulitan koordinasi, kelemahan otot, serta sensasi mati rasa, kesemutan, atau rasa terbakar pada tubuh mereka.
“Temuan ini menyoroti neuropati perifer yang disebabkan oleh kemoterapi dan nyeri kronis sebagai masalah kesehatan yang serius, yang berdampak lebih dari 40% pasien kanker,” kata Dr. Ryan D'Souza, pemimpin penelitian dan ahli anestesi dari Mayo Clinic, Rochester, Minnesota.
Kemoterapi berbahan dasar platinum dan taxane diketahui berisiko tinggi menyebabkan nyeri saraf. Selain itu, pasien dengan kanker paru-paru menunjukkan tingkat neuropati yang lebih tinggi dibandingkan jenis kanker lainnya, menurut hasil penelitian tersebut.
Kemoterapi memang efektif dalam membunuh sel kanker, namun obat-obatan ini juga merusak sel dan jaringan sehat, termasuk yang ada pada sistem saraf, yang menyebabkan efek samping berupa neuropati perifer. Meskipun sudah dikenal sebagai efek samping kemoterapi, penelitian ini merupakan yang pertama untuk mengukur sejauh mana dampak tersebut terjadi pada pasien kanker secara umum.
Menurut peneliti, kondisi ini terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh obat kemoterapi yang mengganggu atau mengubah sinyal saraf normal, sehingga mengakibatkan nyeri yang berlangsung lama.
Penelitian ini melibatkan analisis dari 77 studi sebelumnya yang mencakup hampir 11.000 pasien dari 28 negara. Hasilnya, lebih dari 41% pasien yang menerima kemoterapi mengalami neuropati perifer yang menyakitkan dan berlangsung lebih dari tiga bulan.
Secara rinci, sekitar 41% pasien yang mendapat kemoterapi berbahan dasar platinum dan 38% yang menggunakan taxanes mengalami nyeri saraf. Pasien dengan kanker paru-paru mencatatkan angka tertinggi, dengan lebih dari 62% melaporkan mengalami neuropati, kemungkinan besar karena mereka memerlukan beberapa siklus kemoterapi yang lebih lama. Sementara itu, pasien kanker ovarium dan limfoma memiliki tingkat risiko yang lebih rendah, masing-masing 32% dan 36%.
Dr. D'Souza menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana kemoterapi memicu nyeri saraf dan untuk mengembangkan terapi yang dapat melindungi pasien dari efek samping yang membebani kualitas hidup mereka.
0 Komentar
Empat Kebiasaan di Dapur yang Diam-Diam Bisa Bikin Kamu Sakit
Waspada! Penyakit Gusi Ternyata Bisa Diam-Diam Merusak Otak
Kim Kardashian Ungkap Punya Aneurisma Otak, Dokter Jelaskan Hubungannya dengan Stres!
Waspada! Virus Umum Seperti Flu dan COVID-19 Bisa Naikkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke
Buah Gurun yang Hampir Tak Dikenal Ini Diduga Bisa Jadi Kunci Alami Menyembuhkan Diabetes
Penelitian Baru: Antibiotik 24 Jam Setelah Melahirkan Bisa Cegah Luka Jahitan Lebih Parah!
Jangan Pernah Kencing di Luka Sengatan Ubur-Ubur! Ini Cara yang Benar Menurut Dokter
Leave a comment