Kisah Tragis Mahasiswi Cantik yang Harus Kehilangan Kaki dan Jari Setelah Salah Kira Flu Biasa

22 September 2025 11:24
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Kisah Ketia menjadi peringatan penting bagi mahasiswa dan anak muda lainnya agar lebih peka terhadap kesehatan tubuh. Penyakit meningitis bisa menular melalui air liur atau lendir dan sering kali gejalanya mirip flu biasa. Namun jika diabaikan, dampaknya bisa sangat fatal.

Sahabat.com - Seorang mahasiswi berusia 19 tahun bernama Ketia Moponda harus kehilangan kedua kakinya dan beberapa jari setelah salah mengira penyakit serius yang dideritanya sebagai flu mahasiswa baru. 

Kisah ini terjadi tidak lama setelah ia memulai kuliah di De Montfort University, Leicester, Inggris pada September 2024. 

Awalnya, Ketia hanya merasa batuk dan lemas, gejala yang ia kira sekadar flu musiman yang biasa menyerang mahasiswa di awal tahun ajaran.

Namun kondisi tubuhnya semakin menurun. Ia sempat merasa sangat mengantuk saat makan malam, lalu memutuskan beristirahat. 

Keesokan harinya, Ketia merasa lebih parah hingga sempat mengatakan kepada sahabatnya bahwa ia merasa seperti akan meninggal. Ketika tidak ada kabar darinya, pihak kampus pun memeriksa kamar asrama dan menemukan Ketia dalam keadaan tidak sadarkan diri. 

Ia segera dibawa ke ICU Leicester Royal Infirmary.
Dokter kemudian mendiagnosis Ketia mengalami meningococcal septicaemia, infeksi bakteri berbahaya yang menyebabkan meningitis dan berujung sepsis. 

“Saya tidak mengingat apapun, tapi saya bersyukur masih hidup,” ujar Ketia. 

Kondisi tubuhnya saat masuk rumah sakit sangat kritis, dengan kadar oksigen dalam darah hanya 1%. Ia bahkan menceritakan bagaimana kakinya berubah menjadi hijau dan bengkak karena organ tubuhnya mulai gagal berfungsi.

Ketia sempat koma selama dua hari dan ketika sadar, ia tidak bisa melihat maupun berbicara. Setelah seminggu, barulah ia bisa mulai berbicara lagi. 

Sayangnya, akibat kurangnya aliran darah, kulit di jari dan kakinya rusak parah. Bahkan, ia juga terkena infeksi bakteri pemakan daging di bagian bokong sehingga harus menjalani operasi pencangkokan kulit. 

Pada Desember, jari-jarinya harus diamputasi di Queen Elizabeth Hospital Birmingham, disusul amputasi kedua kakinya pada Januari tepat di bawah lutut. 

“Pada dasarnya kaki saya sudah mati karena aliran darah terhenti. Itu benar-benar mengerikan,” kata Ketia.

Rasa hancur tidak bisa dihindari. 

“Saya hanya bisa menangis. Rasanya seluruh semangat saya hilang,” tambahnya. 

Ketia, yang sebelumnya aktif dan memiliki impian menjadi model, merasa seperti harus memulai hidup dari awal dengan cara berbeda. 

“Saya merasa hidup saya baru saja dimulai, tapi tiba-tiba semuanya berubah,” ungkapnya.

Setelah keluar dari rumah sakit pada Februari 2025, Ketia mendapatkan kaki prostetik pada Mei. Kini ia berusaha belajar berjalan kembali dan bertekad mematahkan semua batasan yang sering dilekatkan pada disabilitas. 

“Ini tidak membuat saya menjadi kurang sebagai manusia. Saya adalah diri saya sendiri dan saya ingin membantu orang lain agar percaya diri dengan siapa mereka dan bagaimana penampilan mereka,” ucapnya penuh semangat.

Kisah Ketia menjadi peringatan penting bagi mahasiswa dan anak muda lainnya agar lebih peka terhadap kesehatan tubuh. Penyakit meningitis bisa menular melalui air liur atau lendir dan sering kali gejalanya mirip flu biasa. Namun jika diabaikan, dampaknya bisa sangat fatal.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment