Mengejutkan! Mantan Pemain Rugby Lebih Berisiko Alami Demensia dan Alzheimer

08 September 2025 12:15
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti utama, Francesca Anns, mengatakan bahwa dari 1.000 pria di populasi umum, sekitar 52 orang mengalami atau meninggal akibat penyakit neurodegeneratif, sementara pada mantan pemain rugby jumlahnya naik menjadi 65 per 1.000 orang.

Sahabat.com - Sahabat, sebuah penelitian terbaru dari University of Auckland mengungkapkan fakta mengejutkan tentang olahraga rugby. 

Mantan pemain rugby kelas tinggi di Selandia Baru ternyata memiliki risiko 22% lebih besar mengalami Alzheimer dan demensia dibandingkan pria pada umumnya. 

Penelitian ini melibatkan hampir 13 ribu pria yang bermain di level provinsi hingga internasional antara tahun 1950 sampai 2000, lalu dibandingkan dengan 2,4 juta pria dari populasi umum dengan usia, etnis, dan tempat lahir yang sama.

Peneliti utama, Francesca Anns, mengatakan bahwa dari 1.000 pria di populasi umum, sekitar 52 orang mengalami atau meninggal akibat penyakit neurodegeneratif, sementara pada mantan pemain rugby jumlahnya naik menjadi 65 per 1.000 orang. 

“Itu berarti ada tambahan 13 kasus per 1.000 orang selama periode penelitian, atau sekitar empat kasus ekstra per tahun,” ujarnya.

Lebih jauh, penelitian ini menemukan bahwa risiko lebih tinggi terlihat pada pemain yang menempati posisi belakang dibandingkan dengan pemain depan. Durasi dan jumlah pertandingan yang lebih lama juga meningkatkan risiko tersebut. 

Menurut Dr. Stephanie D’Souza, dosen senior dari University of Auckland yang memimpin penelitian ini, “Pola ini menunjukkan adanya hubungan seperti dosis-respons, di mana semakin lama dan semakin intens seseorang bermain, semakin besar pula risikonya.”

D’Souza menambahkan bahwa hasil ini konsisten dengan penelitian olahraga kontak lain di Amerika, Skotlandia, dan Italia, meski angka risikonya sedikit lebih kecil. Hal itu kemungkinan dipengaruhi oleh cara penelitian dilakukan, termasuk kelompok pembanding yang lebih besar serta perbedaan gaya bermain rugby dari masa ke masa. 

Ia juga menegaskan, “Meskipun penelitian tidak bisa membuktikan sebab-akibat, pola yang konsisten dari berbagai studi memperkuat dugaan adanya kaitan antara olahraga tabrakan dan kesehatan otak di kemudian hari.”

Penelitian ini menjadi bagian dari proyek Kumanu Tāngata yang meneliti kesehatan jangka panjang para pemain rugby kelas tinggi. Para penulis studi merekomendasikan agar organisasi olahraga tabrakan membatasi paparan benturan kepala, menangani gegar otak dengan lebih proaktif, serta terus memberi informasi terbuka mengenai manfaat dan risiko berpartisipasi dalam olahraga seperti rugby.

Sahabat, temuan ini jelas menjadi alarm peringatan bagi para atlet maupun pecinta olahraga keras. Olahraga memang penting untuk kesehatan, tetapi memahami risikonya juga sama pentingnya agar masa depan tetap terjaga.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment