Mengenal Pneumonia, Penyakit yang Menyerang Anak Zaskia Adya Mecca

30 Mei 2024 17:53
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Demam tinggi, suhu badan di atas 38 derajat Celcius menjadi salah satu gejala awal Pneumonia. (iStockphoto)

Sahabat.com - Penyakit Pneumonia atau radang paru-paru menimpa putra artis Zaskia Adya Mecca dan Sutradara Hanung Bramantyo bernama Bhai Kaba Bramantyo. Saat ini, Kaba panggilan Bhai Kaba Bramantyo harus menjalani perawatan di sebuah rumah sakit. 

Kabar Kaba dirawat karena alami Pneumonia disampaikan langsung sang ibu melalui media sosial. Katanya, ini bukan pertama kali Kaba dirawat karena Pneumonia. 

"Kaba kena pneumonia lagi, persis yang dulu pernah sampai masuk ICU. Kali ini pun hampir masuk NICU tapi Alhamdulillah terlewati," tulis Zaskia Adya Mecca dikutip Kamis, 30 Mei 2024.

Sebelumnya, Kaba pernah juga dirawat pada 2023, namun ketika itu dokter mendiagnosis Kaba kena bronkitis.

Mengenal penyakit pneumonia

Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak, namun lebih sering terjadi pada bayi dan anak usia dini. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit yang mendasari atau sebagai komplikasi tambahan.

Menurut UNICEF/WHO (2006), pneumonia atau radang paru-paru adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pernafasan bagian bawah, terutama pada paru-paru dan menyebabkan daerah tersebut terinfeksi cairan tubuh, lendir atau menyebabkannya berisi nanah. Bila kondisi ini terjadi, pasien mungkin mengalami kesulitan bernapas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hingga 15% kematian anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia disebabkan oleh pneumonia. Namun, pneumonia dapat menimbulkan efek yang kurang lebih sama pada orang dewasa.

Faktor risiko dan penyebab pneumonia

Pneumonia dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak. Namun penyakit yang disebut juga dengan paru-paru basah ini sangat rentan menyerang anak-anak dan orang lanjut usia, terutama mereka yang menderita penyakit paru-paru kronis.

Orang-orang berikut ini termasuk dalam kategori risiko tertinggi terkena pneumonia:

Perokok aktif

Riwayat stroke

Bayi berusia 0 hingga 2 tahun dan lansia berusia 65 tahun ke atas

Kegunaan Mengonsumsi obat-obatan tertentu yang memengaruhi kekebalan tubuh sistem, seperti steroid, penggunaan antibiotik jangka panjang, dll.

Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, atau penyakit kronis lainnya

Sedang menjalani kemoterapi. Dalam keadaan ini, sistem kekebalan tubuh melemah sehingga virus dan bakteri lebih mudah menyerang.

Dari segi penyebabnya, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Namun pada orang dewasa, pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri.

Pneumonia juga dapat disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 atau biasa disebut dengan virus corona penyebab COVID-19. Dibandingkan penyakit lain, pneumonia akibat infeksi virus corona jauh lebih berbahaya.

Gejala Pneumonia

Pada dasarnya gejala pneumonia sama dengan penyakit paru-paru lainnya, misalnya batuk parah hingga berdahak. Selain itu, ada beberapa gejala umum yang terjadi pada penderita pneumonia, seperti dilansir Mayo Clinic.

Demam tinggi, suhu badan di atas 38 derajat Celcius

Nyeri dada dan sulit bernapas

Kehilangan nafsu makan

Berkeringat

Menggigil

Detak jantung cepat

Selain gejala umum yang sangat jarang terjadi, ada juga gejala lainnya yang mungkin terjadi bersamaan dengan pneumonia.

Batuk berdarah

Nyeri sendi dan otot

Lemah dan lelah

Sakit kepala

Mual dan muntah

Gejala ini biasanya timbul 1 sampai 2 hari tanpa kunjung sembuh. Namun kondisi ini berbeda-beda tergantung daya tahan tubuh masing-masing individu.

Pengobatan Pneumonia

Pengobatan pneumonia sebaiknya disesuaikan dengan penyebab utama dan tingkat keparahannya. Pada penyakit yang tidak terlalu serius, pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik oral atau intravena.

Pengobatan pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus meliputi penggunaan obat antivirus seperti zanamivir (Relenza) dan oseltamivir (Tamiflu).

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan meresepkan beberapa obat tambahan, seperti obat pereda nyeri, penurun demam, dan pereda batuk, untuk mengurangi gejala pneumonia. 

Pneumonia tidak boleh dianggap remeh. Oleh karena itu, seluruh prosedur pengobatan harus dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien dapat mendapat perawatan intensif sekaligus menghindari risiko komplikasi yang lebih serius.

Selanjutnya, jika Anda tidak mengidap pneumonia namun termasuk dalam daftar risiko tinggi, atau jika ada anggota keluarga yang mengidap pneumonia, lakukan tindakan pencegahan berikut:

Perbanyak asupan gizi dengan mengonsumsi makanan sehat terutama buah-buahan dan sayur-sayuran yang memiliki sifat anti inflamasi. Ini efektif dan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Jaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah kembali dari aktivitas luar ruangan.

Hindari tembakau, minuman beralkohol, dan jauhi penderita batuk, pilek, dan pneumonia.

Bisa juga dicegah dengan vaksinasi. Menurut CDC, beberapa vaksin direkomendasikan untuk mencegah pneumonia, antara lain influenza, PCV, Hib, polisakarida pneumokokus, pertusis, dan cacar. Saat ini, vaksin konjugat pneumokokus (PCV 13) digunakan untuk anak-anak.

Alternatifnya, Anda dapat memilih vaksin polisakarida pneumokokus (PPV23), yang diberikan kepada semua kelompok umur dari 2 hingga 60 tahun. Beberapa vaksinasi mungkin memerlukan vaksinasi berulang. Oleh karena itu, selalu tanyakan kepada dokter Anda untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment