Mungkinkah Anda Menderita OCD Tanpa Menyadarinya? Ahli Peringatkan Dua Pertiga Penderita Tak Terdiagnosis

21 Oktober 2024 14:43
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Banyak penderita tidak menyadari gejala yang mereka alami, dan dokter pun sering kali gagal mengenali tanda-tanda tersebut.

Sahabat.com - Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD) merupakan "beban tak terlihat" yang mengganggu kehidupan banyak orang. Para ahli memperingatkan bahwa dua dari tiga penderita OCD tidak terdiagnosis. Meskipun kondisi seperti ADHD mendapatkan perhatian publik yang lebih besar, OCD masih sering kurang dipahami dan tidak diobati.

Saat ini, sekitar 750.000 orang di Inggris menderita OCD, namun hanya sepertiga dari mereka yang mendapatkan dukungan medis. Akibatnya, banyak yang berisiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk percobaan bunuh diri.

Banyak penderita tidak menyadari gejala yang mereka alami, dan dokter pun sering kali gagal mengenali tanda-tanda tersebut. Spesialis kini meluncurkan gerakan untuk meningkatkan kesadaran terhadap gejala OCD yang sering terabaikan, seperti terus-menerus mempertanyakan seksualitas, percaya pada takhayul terkait angka dan warna, serta berdoa secara berlebihan.

OCD ditandai oleh pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang sulit dikendalikan. Contohnya termasuk rasa takut berlebihan terhadap kebobolan, sehingga seseorang merasa perlu memeriksa pintu dan jendela berulang kali sebelum meninggalkan rumah. Banyak kasus juga terjadi pada ibu baru yang terobsesi memeriksa pernapasan bayi atau khawatir tentang sterilisasi botol susu.

Walaupun sering dijadikan bahan candaan di media sosial, contoh nyata dari OCD bisa sangat mengganggu dan menyedihkan. Dr. Himanshu Tyagi, seorang ahli saraf di Priory, menekankan bahwa penderita OCD yang tidak terdiagnosis dapat mengalami kerugian finansial hingga £1 juta dalam 40 tahun akibat kondisi mereka.

Ia menyerukan peningkatan kesadaran terhadap OCD, baik di kalangan penderita, keluarga, maupun profesional medis. "Kita sedang mengalami krisis kesehatan mental. Meskipun ada perhatian yang meningkat untuk kondisi lain seperti ADHD, OCD masih sangat disalahpahami," ujarnya.

Tanpa pengobatan, kompulsi dapat memburuk, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan dalam beberapa kasus bahkan mengancam jiwa. "OCD kronis dapat menyebabkan tingginya angka rawat inap dan percobaan bunuh diri, serta mencegah orang menjalani hubungan yang sehat," tambah Dr. Tyagi.

Sementara itu, Karen Katz, pemimpin terapi OCD di Rumah Sakit Priory London Utara, menyatakan bahwa banyak orang mengabaikan betapa melemahkannya kondisi ini. "Pandangannya sebagai sifat positif sangat keliru. OCD melibatkan obsesi dan kompulsi yang mengganggu kehidupan sehari-hari."

Penderita dengan gejala OCD dianjurkan untuk merujuk diri ke terapi bicara NHS atau berkonsultasi dengan dokter umum. OCD mencakup berbagai perilaku, mulai dari pikiran kekerasan hingga mencuci tangan berulang kali karena takut tertular penyakit.

Diagnosis OCD tidak terbatas pada jenis perilaku tertentu, melainkan lebih pada hubungan antara obsesi dan kompulsi. Obsesif terkait ketakutan, seperti pintu tidak terkunci, memicu kompulsi untuk mengurangi kecemasan, meskipun sering kali tindakan tersebut berlebihan.

Penanganan OCD biasanya melibatkan terapi, dan jika tidak berhasil, dapat dikombinasikan dengan obat-obatan seperti antidepresan. Para ahli masih meneliti penyebab pasti OCD, yang mungkin melibatkan faktor genetik, perilaku yang dipelajari, ketidakseimbangan kimia di otak, atau pengalaman traumatis.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment