Sahabat.com - Sahabat, kabar terbaru dari dunia medis datang dari Northwestern University yang menemukan terobosan besar dalam penanganan alergi makanan.
Obat asma bernama Zileuton, yang sudah disetujui FDA, ternyata mampu hampir sepenuhnya mencegah reaksi alergi makanan yang berisiko fatal pada uji coba tikus.
Temuan ini bisa menjadi harapan baru bagi jutaan orang di seluruh dunia yang hidup dengan alergi makanan.
Penelitian ini mengungkap peran penting gen bernama DPEP1 yang ternyata mengatur anafilaksis, yaitu reaksi alergi cepat yang bisa mematikan.
Dengan memblokir jalur yang melibatkan gen ini menggunakan Zileuton, para peneliti berhasil menghilangkan hampir semua gejala alergi pada tikus yang sebelumnya sangat rentan terhadap anafilaksis akibat makanan.
“Hasilnya benar-benar mengejutkan. Setelah diberi Zileuton, 95% tikus hampir tidak menunjukkan gejala alergi. Dari yang sebelumnya 95% rentan, menjadi 95% terlindungi,” ungkap Dr. Stephanie Eisenbarth, Direktur Center for Human Immunobiology sekaligus Kepala Divisi Alergi dan Imunologi Northwestern University Feinberg School of Medicine.
Dr. Adam Williams, peneliti senior lainnya, menambahkan bahwa ini adalah pendekatan yang benar-benar baru untuk mengatasi alergi makanan. Ia mengatakan, “Kami telah melihat kasus tragis, bahkan fatal, akibat bahan tersembunyi seperti kacang yang tercampur dalam makanan. Obat ini bisa menjadi pelindung kuat, misalnya bagi orang tua yang mengirim anaknya ke pesta ulang tahun atau mereka yang bepergian dan tidak bisa mengontrol makanan yang disajikan.”
Saat ini, pilihan terapi untuk alergi makanan sangat terbatas. Hanya ada imunoterapi oral untuk alergi kacang yang tidak selalu efektif, serta suntikan omalizumab yang mahal dan juga tidak bekerja untuk semua orang.
Zileuton menawarkan alternatif berupa pil sederhana yang dapat memberi perlindungan sementara dengan memblokir jalur anafilaksis sebelum terpicu.
Penelitian ini juga memberi petunjuk mengapa sebagian orang dinyatakan alergi berdasarkan tes darah, tetapi tidak pernah mengalami gejala saat mengonsumsi makanan tersebut.
Menurut Eisenbarth, jalur yang baru ditemukan ini mungkin menjadi salah satu penjelasannya. Hal ini membuka peluang penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana alergi makanan terbentuk dan mengapa reaksi setiap orang berbeda.
Tim Northwestern sudah memulai uji klinis tahap awal pada manusia sejak Juli untuk melihat apakah efek protektif Zileuton sama efektifnya seperti pada tikus.
Jika hasilnya positif, bukan tidak mungkin kita akan memiliki cara baru yang lebih aman dan praktis untuk melindungi diri dari alergi makanan yang mematikan.
0 Komentar
Wanita Lebih Pintar Pilih Makanan, Pria Lebih Aktif: Fakta Mengejutkan Pola Hidup ala Mediterania
Waspada! Demam Tifus Bawaan Kutu Mulai Merebak, Ancaman Diam-diam untuk Anda dan Hewan Peliharaan
Olahraga Ringan Turunkan Risiko Serangan Jantung dan Kematian Dini pada Penderita Diabetes
Terlalu Lama Main Gadget Bisa Picu Risiko Jantung pada Anak, Tidur Cukup Jadi Penyelamat
Leave a comment