Pakar Epidemiologi Ungkap Potensi Virus Oropouche sebagai Ancaman Pandemi Baru

29 Juli 2024 13:13
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Virus ini umum ditemukan di negara-negara Amerika Latin dan saat ini sedang mewabah di Brasil dan Peru.

Sahabat.com - Dicky Budiman, seorang pakar epidemiologi, mengungkapkan bahwa virus Oropouche, yang telah menyebabkan dua kematian di Brasil, berpotensi menyebar di Indonesia. Virus ini akhir-akhir ini menarik perhatian karena kematian pertama dilaporkan di negara bagian Amerika Latin.

Dicky menjelaskan bahwa virus Oropouche bukanlah penyakit baru dan telah teridentifikasi sejak 1995. Virus ini umum ditemukan di negara-negara Amerika Latin dan saat ini sedang mewabah di Brasil dan Peru.

“Potensi penyebaran virus ini ada di negara-negara tropis lain, termasuk ASEAN dan Indonesia, meskipun biasanya berada di daerah dekat habitat liar atau hutan, serta wilayah dengan banyak nyamuk,” jelasnya.

Dicky meminta pemerintah untuk meningkatkan pengawasan, termasuk pemantauan di pintu masuk negara, terutama bagi mereka yang mengalami demam.

Gejala virus Oropouche mirip dengan demam berdarah dengue, tetapi ada kekhawatiran tambahan, seperti potensi keguguran bagi ibu hamil dan bayi lahir dengan kepala kecil.

“Jika pengendalian terlambat, ini bisa menjadi masalah besar seperti virus Zika,” tambahnya.

Berita baiknya, hingga saat ini tidak ada laporan penularan antar manusia. Dengan demikian, risiko virus ini menjadi pandemi berikutnya setelah COVID-19 relatif kecil.

“Virus ini ditularkan oleh nyamuk, jadi tidak ada penularan antar manusia. Potensinya untuk menjadi pandemi sangat kecil,” ujar Dicky.

Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan bahwa kedua wanita yang meninggal dunia adalah usia di bawah 30 tahun tanpa riwayat penyakit komorbid. Gejala yang dialami mirip dengan demam berdarah dengue (DBD), termasuk:

- Demam
- Nyeri otot
- Kekakuan sendi
- Sakit kepala
- Muntah
- Mual
- Menggigil
- Sensitif terhadap cahaya

Menurut CDC, gejala infeksi virus Oropouche biasanya muncul dalam waktu empat hingga delapan hari setelah terinfeksi dan berlangsung selama tiga hingga enam hari.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment