Sahabat.com - Ketamin, yang sebelumnya dikenal sebagai anestesi, kini dianggap sebagai terapi terobosan untuk mengatasi gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi yang tahan obat, dan gangguan suasana hati lainnya.
Meskipun memberikan hasil yang cepat, ketamin memiliki efek samping yang berpotensi mengancam jiwa, dan penggunaannya hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis terlatih untuk memastikan keselamatan pasien.
Hal ini disampaikan dalam pedoman terbaru yang diterbitkan oleh American Society of Anesthesiologists (ASA).
Selama ini ketamin dikenal sebagai obat bius untuk prosedur medis. Namun, belakangan ini ketamin juga terbukti dapat memberikan kelegaan terhadap gejala depresi dalam waktu singkat, berbeda dengan obat antidepresan tradisional yang memerlukan waktu berminggu-minggu untuk menunjukkan efek.
Meskipun belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan di luar anestesi, ketamin semakin sering diresepkan di luar label, yang mendorong pesatnya pertumbuhan klinik-klinik ketamin, baik yang berlokasi langsung maupun virtual di seluruh negara.
Namun, ketamin yang diberikan di rumah atau di klinik yang tidak terakreditasi dapat membahayakan keselamatan pasien karena tidak adanya pemantauan, petugas penyelamat, atau peralatan resusitasi darurat yang diperlukan saat penggunaan agen anestesi.
ASA mengingatkan bahwa ketamin dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti tekanan darah tinggi dan pernapasan yang melambat, yang jika tidak diberikan dengan benar, dapat menyebabkan kegagalan pernapasan, masalah jantung, hingga kejang.
Kasus meninggalnya aktor Matthew Perry yang disebabkan oleh efek akut ketamin semakin memunculkan banyak pernyataan keliru mengenai penggunaannya.
Ketamin awalnya diperkenalkan sebagai anestesi dan digunakan secara luas untuk prosedur medis. Oleh karena itu, para ahli anestesi merasa penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai cara penggunaan ketamin yang tepat.
Pedoman penggunaan ketamin untuk tujuan non-anestesi ini menyarankan agar ketamin hanya diberikan oleh tenaga medis terlatih dan berlisensi sesuai dengan standar penggunaan anestesi lainnya.
Penggunaan ketamin harus menjadi bagian dari rencana pengobatan yang komprehensif dan disertai dengan pemantauan secara berkala.
Penggunaan ketamin intravena atau intramuskular sebaiknya hanya dilakukan di lingkungan yang terawasi dengan perlengkapan penyelamatan yang siap digunakan.
Pedoman ini juga menekankan beberapa hal penting, antara lain:
Pengobatan ketamin harus memiliki tujuan terapeutik dan jalur pengobatan yang jelas.
Profesional medis harus memastikan ketamin digunakan sesuai dengan resep.
Pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan ketamin untuk tujuan non-medis.
Ketamin harus diberikan dalam dosis minimal yang diperlukan untuk mencapai efek klinis yang diinginkan.
Pasien perlu diberi edukasi mengenai kemungkinan efek samping penggunaan ketamin.
Ketamin tidak boleh diberikan dalam dosis yang menyebabkan sedasi berlebihan, kehilangan kesadaran, atau ketidaksadaran, kecuali dalam prosedur medis yang dilakukan oleh tenaga medis berlisensi.
Dr. Donald E. Arnold, Presiden ASA, menyatakan bahwa para ahli anestesi bekerja sama dengan psikiater melalui riset bersama, program pelatihan, dan inisiatif lainnya untuk mengembangkan pengobatan kesehatan mental dengan menggunakan ketamin.
Bagi mereka yang percaya ketamin dapat membantu masalah kesehatan mental, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental mereka.
0 Komentar
Waktu dan Musim Pengaruhi Hasil Tes Asma
Penelitian Ungkap Usia Kritis Saat Pemikiran Mulai Menurun
15 Camilan Tanpa Karbohidrat yang Nikmat dan Mengenyangkan
Buah-Buahan dengan Kandungan Gula Rendah untuk Buka Puasa
Cara Mengatasi Asam Lambung yang Mengganggu Saat Berpuasa
Tips Puasa Aman bagi Penderita Diabetes selama Ramadhan
Leave a comment