Peneliti Ungkap: Bukan Gluten yang Bikin Perut Kembung, Tapi Otak dan Usus

28 Oktober 2025 13:15
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti menemukan bahwa interaksi antara otak dan usus, bukan gluten, sering menjadi penyebab utama gejala gangguan pencernaan.

Sahabat.com - Selama ini banyak orang menghindari roti, pasta, dan kue karena takut gluten bisa bikin perut kembung, nyeri, atau cepat lelah. Namun penelitian terbaru dari University of Melbourne yang dimuat di jurnal The Lancet justru menemukan hal mengejutkan: ternyata gluten bukanlah penyebab utama dari gejala tersebut.

Menurut Associate Professor Jessica Biesiekierski, peneliti utama dari University of Melbourne, “Bertentangan dengan kepercayaan populer, kebanyakan orang yang mengaku sensitif terhadap gluten sebenarnya tidak bereaksi terhadap gluten itu sendiri.” 

Ia menjelaskan bahwa gejala seperti perut begah, kram, dan kelelahan lebih sering disebabkan oleh karbohidrat fermentasi (FODMAPs), komponen lain dalam gandum, atau bahkan cara otak memproses sinyal dari usus.

Penelitian ini mengulas ratusan studi tentang non-coeliac gluten sensitivity (NCGS) — kondisi di mana seseorang mengalami gejala mirip celiac padahal tidak memiliki penyakit tersebut. 

Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yang benar-benar sensitif terhadap gluten, sementara sisanya mengalami reaksi karena faktor lain, termasuk hubungan antara pikiran dan sistem pencernaan.

Biesiekierski menambahkan bahwa persepsi seseorang terhadap makanan dapat memengaruhi bagaimana tubuhnya bereaksi. 

“Cara kita mengantisipasi dan menafsirkan sensasi di perut bisa memperkuat gejala,” ujarnya. 

Karena itu, para ahli kini mendorong pendekatan baru yang lebih personalized dalam menangani gangguan pencernaan, bukan sekadar menghapus gluten dari menu.

Associate Professor Jason Tye-Din dari Royal Melbourne Hospital menegaskan pentingnya diagnosis yang lebih akurat agar pasien tidak salah langkah. 

“Membedakan NCGS dari gangguan usus lain sangat penting agar perawatan bisa lebih tepat dan tidak perlu pantang gluten tanpa alasan medis,” katanya.

Peneliti pun berharap masyarakat tidak lagi menganggap gluten sebagai musuh utama. Sebaliknya, menjaga keseimbangan antara pola makan sehat dan kesehatan mental dinilai jauh lebih penting bagi pencernaan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment