Sahabat.com - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa narsistik tidak hanya merasa terasingkan, tetapi sering kali memang benar-benar diabaikan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepekaan berlebihan narsistik terhadap pengucilan dan perilaku mereka yang mengesalkan orang lain menciptakan siklus penolakan sosial.
Apakah memutuskan siklus ini dapat membantu mereka dan orang di sekitarnya?
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association, narsistik lebih sering merasa diabaikan dibandingkan dengan orang yang tidak terlalu terpusat pada diri sendiri.
Hal ini bisa disebabkan bukan hanya karena mereka dihindari karena kepribadian mereka, tetapi juga karena kecenderungan mereka untuk salah mengartikan isyarat sosial yang ambigu sebagai pengucilan.
Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku narsistik sendiri bisa berkontribusi langsung pada pengucilan mereka. Tidak semua pengucilan itu nyata—narsistik lebih cenderung menganggap isyarat sosial yang ambigu sebagai penolakan, meskipun tidak ada pengucilan yang sebenarnya.
Ini menunjukkan bahwa perasaan mereka tentang terasingkan kadang-kadang berasal dari kesalahpahaman.
“Perasaan terasingkan adalah pengalaman subyektif yang didasarkan pada persepsi individu terhadap isyarat sosial. Beberapa orang mungkin sengaja diabaikan, sementara yang lain hanya merasa diabaikan meskipun sebenarnya tidak demikian,” kata Christiane Büttner, PhD, penulis utama dari Universitas Basel.
"Temuan kami menunjukkan bahwa individu dengan tingkat narsisme yang lebih tinggi lebih sensitif terhadap isyarat pengucilan, yang membuat mereka lebih sering merasa terasingkan."
Penelitian ini fokus pada narsisme besar, yang mencakup sifat-sifat seperti merasa berhak, dominan, keinginan kuat untuk dipuji, serta kecenderungan mencari status dan pengakuan.
Dalam narsisme besar, penelitian ini membedakan antara dua aspek utama: penghargaan narsistik (terkait dengan daya tarik dan pencarian status) dan persaingan narsistik (melibatkan agresi, kompetitif, dan merendahkan orang lain).
Penelitian ini menemukan bahwa persaingan narsistik lebih terkait erat dengan pengalaman terasingkan.
Penelitian juga mengungkapkan bahwa tidak hanya orang lain yang menghindari narsistik—mereka juga secara aktif mengucilkan narsistik.
Para eksperimen menunjukkan bahwa individu dengan persaingan narsistik lebih sering diabaikan, meskipun narsisme mereka tidak diketahui oleh orang lain.
Penelitian ini menyoroti bahwa pengucilan sosial dapat memperburuk sifat narsistik seseorang seiring waktu, menciptakan siklus saling memperkuat antara perasaan diabaikan dan peningkatan narsisme.
Ini dapat berkontribusi pada ketegangan di tempat kerja atau kelompok sosial, karena narsistik lebih mungkin bereaksi dengan permusuhan atau pembalasan terhadap pengucilan, yang semakin memperburuk hubungan sosial.
0 Komentar
Kim Kardashian Ungkap Punya Aneurisma Otak, Dokter Jelaskan Hubungannya dengan Stres!
Riset Ungkap: Sarapan Terlambat Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit dan Memperpendek Umur!
Rahasia Otak Awet Muda: Menari, Bermusik, atau Main Game Ternyata Bisa Bikin Otak Lebih Muda!
Bukan Jumlah Langkah! Cara Jalan Kaki Ini Ternyata Lebih Ampuh Jaga Kesehatan Jantung
Emma Stone Bikin Heboh New York, Tampil Tanpa Dalaman dengan Set Rok Hijau Menggoda ala 90-an
Bella Hadid Pamer Foto Romantis dengan Pacar Koboinya, Netizen: “Lucky Girl Banget!”
Leave a comment