Penelitian Baru Menunjukkan Gangguan Tidur Dapat Meningkatkan Risiko Autisme pada Anak

30 Oktober 2024 14:58
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Sean Gay, mahasiswa pascasarjana di laboratorium Graham Diering, PhD, asisten profesor di Departemen Biologi Sel dan Fisiologi di UNC School of Medicine, memberikan wawasan lebih dalam mengenai bagaimana kehilangan tidur pada masa awal kehidupan memengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko mengembangkan gangguan spektrum autisme (ASD).

Sahabat.com - Gangguan tidur pada orang dewasa telah secara konsisten dihubungkan dengan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik jangka panjang, termasuk fungsi imun yang melemah, kenaikan berat badan, depresi, dan peningkatan risiko mengembangkan demensia.

Namun, mengapa kurang tidur memiliki konsekuensi yang begitu besar?

Tidur memainkan peran penting sejak kita lahir. Sebagai bayi, otak kita masih membentuk ujung neuron, yang disebut sinaps, yang sangat penting dalam belajar, perhatian, memori kerja, dan memori jangka panjang. Tidur memungkinkan neuron-neuron ini berkembang dan saling terhubung, membentuk fungsi otak untuk sisa hidup kita.

Jika proses yang halus tetapi penting ini terganggu karena terbangun terus-menerus atau kecemasan berpisah, hal ini dapat memiliki dampak jangka panjang pada otak dan perilaku.

Temuan Penelitian Terbaru

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Sean Gay, mahasiswa pascasarjana di laboratorium Graham Diering, PhD, asisten profesor di Departemen Biologi Sel dan Fisiologi di UNC School of Medicine, memberikan wawasan lebih dalam mengenai bagaimana kehilangan tidur pada masa awal kehidupan memengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko mengembangkan gangguan spektrum autisme (ASD). Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

“Dampak unik dari kehilangan tidur selama perkembangan masih sangat jarang dieksplorasi,” kata Diering. “Data kami menunjukkan bahwa bayi dan anak-anak lebih rentan terhadap efek negatif dari gangguan tidur. Kami juga menemukan bahwa kehilangan tidur pada periode penting ini dapat berinteraksi negatif dengan risiko genetik yang mendasari autisme.”

Gangguan Tidur dan Autisme

Masalah tidur merupakan indikator awal yang penting dari masalah pertumbuhan otak dan gangguan neurodevelopmental lainnya, seperti ASD, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan disabilitas intelektual. Gangguan tidur telah dicatat pada lebih dari 80% orang dengan ASD, namun apakah gangguan tidur merupakan penyebab atau konsekuensi dari ASD masih belum diketahui dengan jelas.

Diering telah lama meneliti bagaimana tidur memperkuat sinaps dari waktu ke waktu—proses yang disebut plastisitas sinaptik—dan bagaimana kurang tidur dapat berkontribusi pada gangguan kognitif dan neurodegeneratif. Jika para peneliti dapat lebih memahami hubungan antara tidur dan ASD, mereka juga dapat membuat diagnosis lebih awal dan mengembangkan strategi pengobatan baru untuk gangguan ini.

Penelitian tentang Pemulihan Tidur

Laboratorium Diering berupaya untuk mengeksplorasi lebih lanjut temuan ini dengan menyelidiki bagaimana model tikus dewasa dan yang sedang berkembang mengkompensasi kehilangan tidur. Menggunakan kandang tikus khusus dengan sensor sensitif tinggi, para peneliti dapat melacak gerakan dan pernapasan tikus dengan cermat, memungkinkan mereka mencatat status bangun dan tidur.

Penelitian menunjukkan bahwa ketika model tikus dewasa kehilangan sejumlah besar tidur, mereka mengkompensasinya dengan meningkatkan tidur pada jam aktif mereka. Respon ini, yang disebut "pemulihan tidur," memungkinkan tikus dewasa “mengganti” kehilangan tidur.

Di sisi lain, tikus muda sama sekali tidak mengalami pemulihan tidur. Hal ini mengonfirmasi hipotesis peneliti bahwa tikus muda mungkin lebih rentan terhadap efek berbahaya dari kurang tidur. Peneliti juga mencatat bahwa kurang tidur pada tikus muda secara total mengganggu kinerja mereka dalam tugas memori belajar, sementara tikus dewasa jauh lebih tahan setelah kehilangan tidur.

Dampak pada Sinaps Neuronal

Selanjutnya, laboratorium berfokus pada efek tidur dan kurang tidur terhadap sinaps neuronal, yang memediasi komunikasi antara neuron dan merupakan lokasi utama untuk pembentukan dan penyimpanan memori. Sinaps juga telah banyak diteliti karena perannya yang penting dalam kesehatan tidur.

Para peneliti melakukan sejumlah analisis molekuler untuk melihat bagaimana kurang tidur mempengaruhi sinaps. Dengan menggunakan analisis protein canggih, mereka dapat memetakan komposisi protein dan perubahan biokimia yang mempengaruhi sinaps. Analisis menunjukkan bahwa kurang tidur pada tikus muda, tetapi tidak pada tikus dewasa, sangat memengaruhi pembentukan sinaps, yang merupakan aspek kunci dari perkembangan otak.

“Ini sekarang memberikan salah satu dataset terbesar dan paling komprehensif untuk memeriksa efek molekuler dari kehilangan tidur sepanjang siklus hidup,” kata Diering.

Arah Pengobatan Masa Depan untuk Autisme

Misi yang sedang berlangsung di laboratorium ini, yang diinformasikan melalui pekerjaan molekuler dari studi ini, adalah mengembangkan obat berbasis tidur generasi berikutnya yang dapat digunakan pada anak-anak. Alih-alih bertindak sebagai sedatif, mereka berharap dapat menciptakan obat yang dapat menargetkan sinaps untuk memulihkan fungsi tidur, bukan hanya mengubah perilaku tidur itu sendiri.

“Perkembangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan lagi,” kata Diering. “Tidur penting untuk seluruh kehidupan, terutama selama masa perkembangan. Memahami apa yang kami ketahui sekarang akan memberi penekanan lebih besar pada pemahaman masalah tidur dalam ASD dan dapat mengarah pada jalur terapeutik yang penting untuk mengobati ASD dan kondisi perkembangan lainnya.”

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment