Sahabat.com - Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Matthias Burghart dari Max Planck Institute di Freiburg menunjukkan bahwa individu dengan psikopati mungkin mengalami kesulitan dalam menunjukkan empati dan mengatur emosi, yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dikenal sebagai alexithymia atau kebutaan emosional. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE.
Alexithymia adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari awalan "a-" (tanpa) dan kata "lexis" (bacaan) serta "thymos" (emosi). Kondisi ini merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk mengenali dan menggambarkan emosi mereka sendiri. Individu dengan alexithymia cenderung merasakan emosi mereka sebagai sensasi fisik semata. Misalnya, ketegangan emosional bisa dirasakan hanya sebagai ketidaknyamanan atau rasa sakit fisik.
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan alexithymia dengan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Burghart menjelaskan, "Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami emosi sendiri sangat penting untuk fungsi sehat kemampuan emosional lainnya seperti empati dan regulasi emosi."
Untuk menyelidiki hubungan antara psikopati dan alexithymia, Burghart dan rekan-rekannya dari Universitas Konstanz melakukan survei terhadap dua kelompok: 315 orang yang dipilih secara acak dari populasi umum dan 50 pasien rawat inap dari sebuah klinik psikiatri. Pasien tersebut dirawat di klinik forensik setelah melakukan kejahatan dalam kondisi tanggung jawab kriminal yang berkurang atau kecanduan narkoba.
Kedua kelompok menyelesaikan kuesioner yang umum digunakan dalam penelitian psikologis, antara lain:
- Triarchic Psychopathy Measure (TriPM) untuk menilai sifat psikopat.
- Saarbrücken Personality Questionnaire untuk mengukur empati.
- Toronto Alexithymia Scale-20 untuk menilai alexithymia.
- Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) untuk menilai strategi regulasi emosi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pasien forensik memiliki tingkat keberanian, kekejaman, dan disinhibisi yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Ciri-ciri ini dianggap sebagai tanda khas psikopati, dan hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan proporsi individu dengan gejala psikopat lebih tinggi di antara pelanggar hukum dibandingkan populasi umum.
Temuan baru dalam penelitian ini adalah individu dengan sifat psikopat yang kuat cenderung mengalami kesulitan lebih besar dalam mengenali dan menggambarkan emosi mereka sendiri, yang pada gilirannya berkontribusi pada kurangnya empati dan buruknya regulasi emosi. Sebaliknya, langkah terapeutik untuk meningkatkan kesadaran emosional dapat bermanfaat bagi individu dengan kepribadian psikopat.
Burghart menambahkan, "Jika mereka berhasil mengenali dan menggambarkan emosi mereka sendiri, maka empati dan kemampuan mereka untuk mengatur emosi juga dapat meningkat." Dengan pendekatan terapeutik yang tepat, diharapkan dapat mengurangi risiko kekambuhan di antara para pelanggar hukum.
0 Komentar
Cuma Seribu Rupiah, Makanan Ini Bisa Bantu Lawan Diabetes dan Jaga Jantung Tetap Sehat!
Makan Sehat Tapi Berat Badan Gak Turun? Kata Harvard, Itu Tetap Bikin Tubuh Lebih Sehat!
Cuma Disuntik 2 Kali Setahun, Tekanan Darah Bisa Lebih Stabil? Ini Penemuan yang Bikin Heboh!
Cuma Butuh 7 Hari! Cara Simpel Ini Bikin Hidup Kamu Lebih Bahagia, Tidur Nyenyak, dan Bebas Stres
Rahasia Buah dan Sayur Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes & Serangan Jantung Secara Alami!
Leave a comment