Penelitian Ungkap Risiko Serangan Jantung Lebih Tinggi pada Orang dengan Lemak Tersimpan di Otot

21 Januari 2025 14:18
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Meskipun dampak jangka panjang dari lemak otot ini terhadap kesehatan jantung semakin jelas, para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana cara mengurangi risiko bagi mereka yang memiliki lemak intermuskular.

Sahabat.com - Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa orang yang memiliki lemak tersembunyi di otot mereka, mirip dengan 'marbling' yang sering terlihat pada daging sapi, berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung dan gagal jantung. 

Penemuan ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang memiliki berat badan yang normal, keberadaan lemak ini dapat meningkatkan kemungkinan mereka meninggal akibat penyakit jantung.

Temuan ini berkaitan dengan fenomena yang disebut lemak intermuskular, yang berbeda dari lemak subkutan yang biasa disimpan di bawah kulit. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan di Brigham and Women's Hospital di Boston dan melibatkan 669 peserta yang sedang dievaluasi karena keluhan nyeri dada dan/atau sesak napas. 

Meski mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit arteri koroner obstruktif, sebuah kondisi yang menyebabkan penyumbatan pada arteri jantung, pemindaian CT menunjukkan adanya akumulasi lemak di otot-otot mereka.

rofesor Viviany Taqueti, peneliti utama dari Rumah Sakit Brigham dan Wanita, menjelaskan bahwa lemak intermuskular dapat ditemukan di berbagai otot tubuh, namun jumlahnya sangat bervariasi antara individu. Tim peneliti menggunakan rasio lemak intermuskular terhadap total otot dan lemak untuk mengukur dampaknya pada kesehatan jantung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan lebih banyak lemak intermuskular cenderung menderita disfungsi mikrovaskular koroner (CMD), sebuah kondisi yang memengaruhi pembuluh darah kecil di jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan rawat inap atau kematian akibat penyakit jantung. Untuk setiap peningkatan 1 persen fraksi lemak otot, risiko CMD meningkat sebesar 2 persen dan risiko penyakit jantung meningkat sebesar 7 persen.

Menurut Profesor Taqueti, lemak intermuskular dapat memicu peradangan dan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat merusak pembuluh darah dan otot jantung. Hal ini menunjukkan potensi bahaya lemak yang tersimpan di otot dibandingkan dengan lemak subkutan yang lebih umum ditemukan di bawah kulit.

Meskipun dampak jangka panjang dari lemak otot ini terhadap kesehatan jantung semakin jelas, para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana cara mengurangi risiko bagi mereka yang memiliki lemak intermuskular. 

Profesor Taqueti menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana terapi penurunan berat badan yang baru, seperti obat penurun berat badan berbasis incretin, dapat mempengaruhi lemak dalam otot dan kesehatan jantung secara keseluruhan.

Temuan ini dipublikasikan dalam European Heart Journal dan dianggap sangat penting untuk penelitian terkait dampak obat-obatan penurunan berat badan pada komposisi tubuh, khususnya pengaruhnya terhadap lemak dan massa otot. 

Dengan semakin meningkatnya prevalensi obesitas sebagai ancaman bagi kesehatan jantung global, pemahaman yang lebih baik tentang lemak otot dan dampaknya pada penyakit kardiovaskular diharapkan dapat membawa kemajuan dalam identifikasi risiko serta pengobatan yang lebih tepat.

Penelitian ini juga menyoroti ketidaktepatan indeks massa tubuh (IMT) sebagai satu-satunya indikator risiko penyakit jantung, terutama bagi wanita, yang mungkin memiliki jenis lemak yang lebih 'jinak' meskipun memiliki IMT yang tinggi.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment