Penemuan Baru: Memori Tidak Hanya Ada di Otak, Sel-Sel Lain Juga Bisa Menyimpan Memori

22 November 2024 11:23
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penemuan ini tidak hanya membuka cara baru untuk mempelajari memori, tetapi juga dapat membawa manfaat dalam bidang kesehatan.

Sahabat.com - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sel-sel di luar otak, seperti sel dari jaringan ginjal dan saraf, juga mampu belajar dan menyimpan memori dengan cara yang mirip dengan neuron otak. Temuan ini membuka kemungkinan baru dalam memahami cara kerja memori, serta menawarkan potensi untuk meningkatkan proses pembelajaran dan mengatasi masalah terkait memori.

Secara umum, kita mengenal bahwa otak dan sel-sel otak yang berperan dalam menyimpan memori. Namun, tim ilmuwan dari Universitas New York (NYU) yang dipimpin oleh Nikolay V. Kukushkin menemukan bahwa sel-sel tubuh lainnya juga memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi. Kukushkin, yang merupakan penulis utama penelitian ini, menjelaskan, "Studi kami menunjukkan bahwa sel-sel lain di tubuh kita juga dapat belajar dan membentuk memori."

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications ini berfokus untuk memahami apakah sel non-otak dapat mendukung proses memori dengan memanfaatkan sifat neurologis yang sudah dikenal, yaitu efek massed-spaced. Konsep ini menunjukkan bahwa kita cenderung lebih mudah mengingat informasi ketika dipelajari dalam interval waktu yang terpisah, dibandingkan dengan belajar intensif dalam satu sesi (seperti cramming).

Para ilmuwan meneliti dua jenis sel non-otak manusia di laboratorium, yakni sel dari jaringan saraf dan ginjal, yang kemudian terpapar pada pola sinyal kimia tertentu, mirip dengan pola neurotransmiter yang diterima oleh sel otak ketika kita belajar. Sebagai respons, sel-sel non-otak ini mengaktifkan gen memori – gen yang juga diaktifkan oleh sel otak ketika mendeteksi pola informasi dan merestrukturisasi koneksi untuk membentuk memori.

Untuk memantau proses belajar dan memori, para peneliti merekayasa sel-sel non-otak ini agar menghasilkan protein yang dapat menyala, yang menunjukkan kapan gen memori aktif dan kapan tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel-sel ini mampu membedakan antara pulsa kimia yang diulang dalam interval waktu terpisah, dibandingkan dengan yang hanya dipanjangkan. Ketika pulsa kimia disampaikan dalam interval yang terpisah, gen memori diaktifkan lebih kuat dan dalam durasi yang lebih lama, dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan sekaligus.

Kukushkin menambahkan, "Ini mencerminkan efek massed-space yang sedang berlangsung. Temuan ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk belajar melalui pengulangan yang terpisah tidak hanya unik bagi sel otak, tetapi kemungkinan besar merupakan sifat dasar dari semua sel."

Penemuan ini tidak hanya membuka cara baru untuk mempelajari memori, tetapi juga dapat membawa manfaat dalam bidang kesehatan. Kukushkin menyatakan, "Penemuan ini membuka pintu baru untuk memahami bagaimana memori bekerja dan dapat mengarah pada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pembelajaran serta mengobati masalah terkait memori. Di masa depan, kita mungkin perlu memperlakukan tubuh kita lebih mirip dengan otak—misalnya, mempertimbangkan apa yang diingat oleh pankreas tentang pola makanan kita untuk menjaga kadar glukosa darah, atau apa yang diingat sel kanker tentang pola kemoterapi."

Penelitian ini dipimpin oleh Kukushkin dan Thomas Carew, seorang profesor di NYU Center for Neural Science. Penulis studi ini juga mencakup Tasnim Tabassum, seorang peneliti di NYU, dan Robert Carney, seorang peneliti sarjana di NYU saat studi ini dilakukan.

 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment