Sahabat.com - Perubahan iklim diperkirakan menjadi penyebab hampir seperlima dari jumlah kasus demam berdarah yang mencatatkan rekor tertinggi di seluruh dunia tahun ini, menurut penelitian yang dipublikasikan oleh peneliti asal Amerika Serikat pada Sabtu (16/11). Penelitian ini menyoroti bagaimana peningkatan suhu global berperan dalam penyebaran penyakit.
Para peneliti telah berupaya untuk menunjukkan dengan cepat bagaimana perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia secara langsung berkontribusi terhadap kejadian cuaca ekstrem, seperti badai, kebakaran hutan, kekeringan, dan banjir yang terjadi sepanjang tahun ini. Namun, mengaitkan bagaimana pemanasan global mempengaruhi kesehatan, seperti memicu wabah atau penyebaran penyakit, masih merupakan bidang yang relatif baru.
"Dengue adalah penyakit yang sangat sensitif terhadap iklim, jadi ini adalah penyakit pertama yang sangat tepat untuk diteliti," kata Erin Mordecai, seorang ahli ekologi penyakit infeksi dari Universitas Stanford, kepada AFP.
Demam berdarah, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, menyebabkan demam dan nyeri tubuh dan dapat berakibat fatal dalam beberapa kasus. Penyakit ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis, namun seiring dengan meningkatnya suhu, nyamuk pembawa virus mulai menyerbu wilayah baru, membawa serta demam berdarah.
Dalam studi terbaru ini, yang belum melalui proses peer-review, tim peneliti dari AS menganalisis bagaimana suhu yang lebih tinggi berhubungan dengan infeksi demam berdarah di 21 negara di Asia dan Amerika.
Rata-rata, sekitar 19 persen dari total kasus demam berdarah saat ini di seluruh dunia disebabkan oleh pemanasan global yang sudah terjadi, ujar Mordecai, yang juga merupakan penulis utama dalam penelitian tersebut.
Suhu antara 20-29 derajat Celsius dianggap ideal untuk penyebaran virus dengue, menurut Mordecai.
Wilayah dataran tinggi di Peru, Meksiko, Bolivia, dan Brasil yang akan mengalami pemanasan hingga mencapai rentang suhu tersebut diperkirakan akan menyaksikan peningkatan kasus demam berdarah hingga 200 persen dalam 25 tahun ke depan, temuan penelitian tersebut menunjukkan.
Analisis ini juga memperkirakan bahwa setidaknya 257 juta orang saat ini tinggal di daerah yang diperkirakan akan mengalami peningkatan tingkat penyebaran demam berdarah yang dua kali lipat akibat pemanasan global dalam periode tersebut.
"Dampak ini adalah alasan lain mengapa kita harus peduli tentang perubahan iklim," tambah Mordecai.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 12,7 juta kasus demam berdarah tercatat di seluruh dunia pada September 2023, hampir dua kali lipat dari rekor total tahun sebelumnya. Namun, Mordecai menyebutkan bahwa "sejumlah besar kasus kemungkinan tidak tercatat", yang berarti angka sebenarnya bisa mendekati 100 juta.
Penelitian ini disampaikan dalam pertemuan tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene di New Orleans.
Sementara itu, sebuah penelitian lain yang juga belum melalui proses peer-review membawa harapan baru dalam upaya mengendalikan penyebaran demam berdarah. Penelitian tersebut mengusulkan pemanfaatan nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia, yang dapat menghalangi kemampuan nyamuk untuk menularkan virus dengue.
Lima tahun lalu, nyamuk yang terinfeksi Wolbachia diperkenalkan di sebagian besar wilayah kota Niteroi, Brasil. Ketika Brasil menghadapi wabah demam berdarah terparah tahun ini, hanya tercatat sedikit kenaikan kasus di Niteroi. Bahkan, jumlah kasus di sana tercatat 90 persen lebih rendah dibandingkan sebelum nyamuk Wolbachia diperkenalkan—dan "jauh berbeda dengan yang terjadi di sebagian besar wilayah Brasil," kata Katie Anders dari World Mosquito Program.
Keberhasilan Niteroi ini menunjukkan bahwa "Wolbachia dapat memberikan perlindungan jangka panjang bagi komunitas dari lonjakan demam berdarah yang semakin sering terjadi di seluruh dunia," kata Anders.
Para peneliti kini bekerja sama dengan pemerintah Brasil untuk membangun fasilitas produksi nyamuk Wolbachia, dengan harapan dapat melindungi jutaan orang dari penyebaran demam berdarah yang semakin meluas.
0 Komentar
Ngeri! Kompor Gas di Rumah Bisa Gandakan Risiko Kanker pada Anak, Ini Fakta Mengejutkannya
Ternyata Selama Ini Kita Salah! Makanan yang Dianggap Berbahaya Ini Justru Aman untuk Pencernaan
Operasi Sinus Ini Lebih Cepat, Minim Sakit, dan Efektif Angkat Polip Hidung! Kamu Wajib Tahu!
Makan Sayur & Buah Bisa Jadi Obat? Ilmuwan Temukan Cara “Reset” Usus Setelah Antibiotik!
Obat Kolesterol Ini Nggak Cuma Turunin Angka di Lab, Tapi Juga Bisa Cegah Serangan Jantung!
Efek Mengejutkan Long COVID: Jantung dan Paru-Paru Bisa Rusak Diam-Diam Meski Sudah Sembuh!
Makan Sehat Sejak Kecil Bisa Bikin Menstruasi Datang Lebih Lambat? Ini Fakta Mengejutkannya!
Remaja Aktif Lebih Bahagia? Studi Ini Ungkap Fakta Mengejutkan tentang Olahraga dan Depresi!
Awas! Plastik Mikro Kini Bersarang di Pembuluh Darah Kita dan Bisa Picu Stroke Diam-Diam!
Leave a comment