Plastik Makin Membahayakan Kesehatan, Para Ahli Desak Aturan yang Lebih Ketat

04 Agustus 2025 15:04
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah laporan terbaru dari jurnal medis The Lancet mengungkap bahwa plastik—beserta bahan kimia di dalamnya—berdampak buruk terhadap tubuh manusia di setiap tahap daur hidupnya, mulai dari proses produksi, pemakaian, hingga pembuangan. Para ilmuwan pun menyerukan perlunya pengawasan dan regulasi yang jauh lebih ketat.

Sahabat.com - Plastik kini bukan cuma masalah lingkungan, tapi juga jadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. 

Sebuah laporan terbaru dari jurnal medis The Lancet mengungkap bahwa plastik—beserta bahan kimia di dalamnya—berdampak buruk terhadap tubuh manusia di setiap tahap daur hidupnya, mulai dari proses produksi, pemakaian, hingga pembuangan. Para ilmuwan pun menyerukan perlunya pengawasan dan regulasi yang jauh lebih ketat.

Menurut Philip Landrigan, dokter dan profesor dari Boston College sekaligus salah satu penulis studi ini, plastik sebenarnya jauh dari kata aman. 

“Kita ingin masyarakat sadar bahwa plastik itu tidak seaman, tidak semurah, dan tidak senyaman seperti yang selama ini mereka pikirkan,” ungkapnya. 

Ia menambahkan, plastik berasal dari bahan bakar fosil, mencemari makanan dan air, terkait dengan berbagai penyakit, serta menimbulkan beban besar bagi biaya kesehatan dan kerusakan lingkungan.

Landrigan juga memimpin Lancet Countdown on Health and Plastics, proyek kolaborasi global yang akan melacak dampak plastik terhadap kesehatan manusia secara lebih rinci dan sistematis. Proyek ini menjadi tonggak baru yang digagas oleh Boston College, Universitas Heidelberg di Jerman, Centre Scientifique 
de Monaco, dan Minderoo Foundation dari Australia. 

Seiring dengan rencana finalisasi perjanjian global tentang plastik yang akan dibahas oleh negara-negara anggota PBB di Jenewa pada 5–14 Agustus, para ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa tindakan, produksi plastik akan meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2060. Ini akan memperparah emisi gas rumah kaca, memperbesar risiko penyakit akibat bahan kimia plastik, dan mempercepat kerusakan lingkungan.

Studi ini mencatat bahwa 75 persen bahan kimia dalam plastik belum pernah diuji keamanannya. Partikel mikroplastik bahkan telah ditemukan dalam jaringan tubuh manusia dan cairan tubuh seperti darah dan air susu ibu, yang diduga berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan stroke. Bayi dalam kandungan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan terhadap paparan ini.

Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, lebih dari separuh sampah plastik dibakar secara terbuka, menjadi sumber utama polusi udara. Tak hanya itu, tumpukan sampah plastik juga menjadi sarang nyamuk dan mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit seperti malaria dan demam berdarah, serta meningkatkan resistensi antimikroba.

Landrigan menegaskan bahwa krisis plastik sangat terkait erat dengan krisis iklim, karena keduanya berasal dari penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. 

“Kita sedang menghadapi dua krisis besar yang saling terhubung. Baik krisis iklim maupun plastik sama-sama menyebabkan penyakit, kematian, dan disabilitas pada puluhan ribu orang hari ini—dan akan terus memburuk jika tidak segera dihentikan,” ujarnya.

Dengan ancaman sebesar ini, sangat penting bagi publik dan para pembuat kebijakan untuk memiliki informasi yang akurat dan menyeluruh tentang bagaimana plastik mempengaruhi kesehatan. 

Countdown ini diharapkan menjadi alat pemantauan yang efektif terhadap implementasi dan dampak nyata dari perjanjian plastik PBB ke depan. Laporan indikator pertama dari proyek ini dijadwalkan akan terbit pada pertengahan tahun 2026.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment