Protein Ajaib Ini Bisa Cegah Kematian Mendadak Setelah Serangan Jantung, Temuan Mengejutkan dari Harvard

14 Oktober 2025 11:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Temuan ini menandai babak baru dalam dunia kedokteran jantung, di mana pemahaman tentang hubungan antara sistem kekebalan dan jantung dapat membuka jalan bagi terapi yang lebih spesifik dan efektif.

Sahabat.com - Sebuah penelitian terbaru dari tim di Massachusetts General Hospital (bagian dari Mass General Brigham) berhasil mengungkap penyebab utama kematian mendadak setelah serangan jantung. 

Para ilmuwan menemukan bahwa protein sistem kekebalan bernama Resistin-like molecule gamma (RELMy) ternyata menyerang sel-sel jantung secara langsung dengan cara “melubangi” membran sel tersebut.

Penemuan ini menjelaskan mengapa banyak pasien mengalami gangguan irama jantung berbahaya setelah serangan jantung, dan membuka peluang baru untuk mencegah kematian mendadak akibat gangguan irama jantung (sudden cardiac death).

Menurut dr. Nina Kumowski dari Departemen Radiologi dan Center for Systems Biology di Massachusetts General Hospital, protein RELMy yang diproduksi oleh sel darah putih jenis neutrofil, aktif menyerang sel jantung setelah terjadi serangan jantung. 

“Protein ini secara harfiah membuat lubang di sel-sel jantung dan memicu irama jantung yang cepat serta tidak beraturan,” ungkapnya.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, tim Kumowski dan peneliti senior Prof. Matthias Nahrendorf, MD, PhD, menemukan bahwa dengan menghapus protein tersebut dari neutrofil pada tikus percobaan, angka gangguan irama jantung berbahaya menurun hingga 12 kali lipat. Artinya, menargetkan protein ini bisa menjadi cara baru untuk melindungi jantung dari komplikasi fatal.

Selama ini, serangan jantung dikenal sebagai penyebab utama kematian mendadak. Saat pembuluh darah tersumbat, pasokan oksigen ke otot jantung terhenti dan menyebabkan kematian jaringan (infark miokard). 

Kondisi ini sering diikuti dengan gangguan ritme jantung cepat seperti ventricular tachycardia (VT) dan ventricular fibrillation (VF) yang dapat menyebabkan henti jantung hanya dalam hitungan menit.

Prof. Nahrendorf menegaskan bahwa penemuan ini menunjukkan peran besar sistem imun terhadap gangguan irama jantung. 

“Selama ini kita fokus pada otot jantung itu sendiri. Sekarang kita tahu, sel imun juga punya peran besar dalam memicu aritmia. Ini membuka peluang terapi baru yang tidak sekadar menekan sistem imun secara luas, tapi menargetkan penyebab spesifiknya,” jelasnya.

Langkah berikutnya, para peneliti berencana mengembangkan cara untuk menetralkan protein RELMy dan mengujinya pada manusia. Jika berhasil, terapi ini bisa menjadi terobosan besar dalam mencegah kematian mendadak setelah serangan jantung dan mungkin juga bermanfaat bagi penyakit lain yang melibatkan peradangan sel imun.

Penelitian ini didukung oleh berbagai lembaga ternama, termasuk National Institutes of Health (NIH), British Heart Foundation, dan Leducq Foundation.

Temuan ini menandai babak baru dalam dunia kedokteran jantung, di mana pemahaman tentang hubungan antara sistem kekebalan dan jantung dapat membuka jalan bagi terapi yang lebih spesifik dan 
efektif.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment