Rahasia Mengejutkan: Sel Otak yang Bekerja Berlebihan Bisa Jadi Kunci Menghentikan Parkinson

12 September 2025 12:17
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dengan Parkinson, penyakit otak progresif yang ditandai dengan tremor, otot kaku, gerakan melambat, hingga kesulitan menjaga keseimbangan.

Sahabat.com - Para ilmuwan dari Gladstone Institutes menemukan penyebab mengejutkan mengapa sel otak penghasil dopamin—zat penting yang membantu tubuh bergerak dengan lancar—dapat mati pada penyakit Parkinson. 

Studi terbaru pada tikus menunjukkan bahwa ketika sel-sel ini bekerja terlalu keras dalam waktu lama, mereka mulai melemah, kehilangan sambungan, lalu mati. Pola ini persis seperti yang ditemukan pada penderita Parkinson, di mana sel-sel di area substantia nigra yang mengatur gerakan akhirnya runtuh.

Lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dengan Parkinson, penyakit otak progresif yang ditandai dengan tremor, otot kaku, gerakan melambat, hingga kesulitan menjaga keseimbangan. Sel dopamin yang mati inilah yang memicu gejala tersebut. Namun, misteri mengapa sel tertentu begitu rentan akhirnya mulai terungkap.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal eLife membuktikan bahwa stimulasi berlebihan secara terus-menerus pada neuron dopamin dapat langsung menyebabkan kerusakan. 

Menurut para peneliti, kondisi ini bisa dipicu oleh kombinasi faktor genetik, paparan lingkungan, hingga tekanan ekstra pada sel yang tersisa untuk menggantikan yang sudah mati lebih dulu.

“Pertanyaan besar dalam riset Parkinson adalah mengapa sel yang paling rentan bisa mati. Menjawab pertanyaan itu bisa membuka jalan untuk memahami penyebab penyakit ini sekaligus menemukan cara baru untuk mengobatinya,” kata Ken Nakamura, MD, PhD, peneliti utama dari Gladstone Institutes.

Dalam studi tersebut, tim peneliti memberi tikus air minum yang dicampur zat khusus bernama clozapin-N-oxide (CNO) untuk mengaktifkan sel dopamin secara terus-menerus. Hasilnya mengejutkan, hanya dalam beberapa hari pola aktivitas hewan berubah, setelah seminggu terjadi kerusakan pada serabut panjang (akson) sel dopamin, dan dalam satu bulan sebagian sel benar-benar mati. 

Menariknya, kerusakan hanya terjadi pada neuron di substantia nigra yang mengontrol gerakan, sementara sel dopamin lain yang berhubungan dengan motivasi dan emosi tetap aman.

Menurut Katerina Rademacher, penulis utama studi ini, neuron yang terlalu aktif berusaha melindungi diri dari produksi dopamin berlebih—karena dopamin berlebih justru bisa beracun—dengan menurunkan produksinya. Sayangnya, upaya bertahan ini justru membuat sel semakin lemah dan akhirnya mati.

Ketika peneliti membandingkan sampel otak pasien Parkinson stadium awal, mereka menemukan pola gen yang serupa: gen yang berhubungan dengan metabolisme dopamin, regulasi kalsium, dan mekanisme pertahanan sel cenderung melemah. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada tikus sangat mirip dengan kondisi pada manusia.

Nakamura menambahkan, kemungkinan besar aktivitas berlebih ini dipicu oleh faktor genetik, lingkungan, dan siklus berulang yang merusak. Sel yang tersisa bekerja lebih keras untuk mengimbangi sel yang hilang, lalu akhirnya ikut mati kelelahan. 

“Jika benar begitu, ada peluang besar untuk melindungi sel dengan mengatur pola aktivitasnya, baik melalui obat-obatan maupun stimulasi otak dalam, agar perkembangan Parkinson bisa diperlambat,” ujarnya.

Penemuan ini memberi harapan baru bahwa memahami ‘kelemburan’ sel otak bisa menjadi kunci memperlambat bahkan mencegah Parkinson di masa depan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment