Satu dari Tiga Anak Mengalami Rabun Dekat: Peringatan dari Penelitian Terbaru

27 September 2024 11:24
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penggunaan gadget yang berlebihan, terutama di usia dini, menyebabkan mata terus menerus fokus pada objek dekat.

Sahabat.com - Rabun dekat, atau yang dikenal dengan istilah medis miopia, semakin banyak ditemukan pada anak-anak di seluruh dunia. 

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa satu dari tiga anak kini mengalami kondisi ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama mengingat dampaknya pada kesehatan mata jangka panjang serta potensi gangguan terhadap prestasi belajar dan perkembangan anak.

Apa itu Rabun Dekat?

Rabun dekat adalah kondisi di mana mata tidak dapat melihat objek yang jauh dengan jelas, sementara objek yang dekat terlihat jelas. Kondisi ini biasanya terjadi karena bentuk bola mata yang terlalu panjang, sehingga cahaya yang masuk tidak tepat difokuskan pada retina. Akibatnya, penglihatan jarak jauh menjadi kabur.

Faktor Penyebab Peningkatan Kasus

Menurut para ahli, peningkatan kasus rabun dekat pada anak-anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Paparan Gadget yang Berlebihan
   
Perkembangan teknologi yang pesat membuat anak-anak semakin sering terpapar layar digital seperti ponsel, tablet, dan komputer. Penggunaan gadget yang berlebihan, terutama di usia dini, menyebabkan mata terus menerus fokus pada objek dekat. Kebiasaan ini, jika dilakukan dalam jangka waktu panjang, dapat memicu terjadinya rabun dekat.

2. Kurangnya Aktivitas Luar Ruangan
   
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang jarang bermain di luar ruangan memiliki risiko lebih tinggi terkena rabun dekat. Paparan sinar matahari alami serta melihat objek yang jauh di luar ruangan membantu mencegah perkembangan miopia. Sebaliknya, aktivitas yang lebih banyak dilakukan di dalam ruangan dengan jarak pandang terbatas meningkatkan risiko.

3. Faktor Genetik
   
Anak-anak dengan orang tua yang menderita miopia cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Faktor genetik memainkan peran penting dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap rabun dekat.

Dampak Jangka Panjang

Miopia yang tidak ditangani sejak dini dapat berkembang menjadi lebih parah seiring bertambahnya usia. 

Pada beberapa kasus, miopia yang parah dapat meningkatkan risiko masalah mata serius lainnya seperti glaukoma, katarak, bahkan ablasi retina, yang dapat menyebabkan kebutaan. 

Selain itu, anak-anak dengan miopia yang tinggi mungkin memerlukan koreksi penglihatan yang lebih kompleks di kemudian hari.

Upaya Pencegahan dan Penanganan

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi perkembangan rabun dekat pada anak antara lain.

1. Batasi Penggunaan Gadget  
   
Orang tua perlu membatasi waktu penggunaan gadget pada anak, terutama di bawah usia lima tahun. **Aturan 20-20-20**, di mana anak dianjurkan untuk melihat objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik setiap 20 menit, bisa diterapkan untuk membantu merilekskan mata.

2. Dorong Aktivitas Luar Ruangan
   
Bermain di luar ruangan setidaknya selama 2 jam sehari bisa membantu menurunkan risiko miopia. Kegiatan ini memungkinkan anak melihat objek yang jauh dan mendapat paparan sinar matahari yang cukup.

3. Pemeriksaan Mata Rutin 
   
Pemeriksaan mata secara rutin penting untuk mendeteksi masalah penglihatan sejak dini. Jika miopia terdeteksi lebih awal, perawatan dapat dilakukan untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk.

4. Penggunaan Lensa Khusus  
   
Dalam beberapa kasus, dokter mata mungkin merekomendasikan penggunaan lensa kontak atau kacamata khusus yang dirancang untuk memperlambat perkembangan miopia. 

Terapi ini menjadi salah satu solusi yang banyak dikembangkan untuk mengatasi peningkatan kasus rabun dekat pada anak.

Rabun dekat pada anak adalah masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius. Penelitian yang menunjukkan bahwa satu dari tiga anak mengalami miopia adalah peringatan bagi orang tua, pendidik, dan para profesional kesehatan untuk lebih peduli terhadap kebiasaan visual anak-anak. 

Melalui tindakan pencegahan yang tepat dan kesadaran yang lebih tinggi, risiko gangguan penglihatan ini bisa diminimalkan, sehingga anak-anak dapat berkembang dengan baik tanpa gangguan penglihatan yang menghambat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment