Sahabat.com - Makalah yang terbit pada 5 Desember di jurnal Science ini menawarkan pandangan baru tentang terapi penyakit autoimun. "Kami melihatnya sebagai platform potensial untuk mengatasi berbagai jenis disfungsi imun," ujar para peneliti.
Lim dan timnya terinspirasi oleh fungsi alami sel "penekan", yang bertindak sebagai rem sistem imun. Mereka berupaya memanfaatkan kekuatan sel-sel ini untuk mengendalikan respons imun berlebih, seperti peradangan.
Namun, sel penekan alami tidak selalu mampu menghentikan respons imun yang merusak. Pada kasus diabetes tipe 1, misalnya, sistem imun menyerang sel-sel pankreas, sementara sel-sel penekan tetap pasif. Untuk mengatasi tantangan ini, tim peneliti mengadaptasi kemampuan anti-peradangan dari sel penekan dan menerapkannya pada sel imun CD4—jenis sel yang juga digunakan dalam pengembangan sel T CAR untuk terapi kanker.
Mereka juga menambahkan sensor molekuler pada sel CD4 untuk mengarahkan sel ini ke jaringan target dalam tubuh. Sel imun yang telah direkayasa ini, disebut "sel wasit", diuji pada tikus yang menerima transplantasi sel pulau manusia. Hasilnya, sel wasit berhasil melindungi sel-sel pulau dengan menghentikan serangan dari sel T pembunuh, sehingga sel pulau tetap bertahan hidup.
"Ini akan sangat mengubah hidup penderita diabetes tipe 1 jika mereka dapat menerima sel-sel pulau baru tanpa perlu menggunakan imunosupresan atau insulin setiap hari," kata Audrey Parent, PhD, profesor asosiasi di UCSF Diabetes Center sekaligus salah satu penulis senior makalah ini.
Lim juga membayangkan masa depan di mana pasien transplantasi organ atau penderita penyakit autoimun dapat menerima terapi yang menargetkan area spesifik tubuh dengan disfungsi imun.
Terapi ini tidak hanya mencegah efek samping dari obat imunosupresan, tetapi juga mengurangi risiko infeksi dan kanker yang sering muncul akibat sistem imun yang dinonaktifkan secara total.
Selain itu, teknologi ini memiliki potensi untuk meningkatkan terapi sel T CAR untuk kanker. Dengan teknologi baru, sel T CAR dapat diarahkan hanya untuk menyerang tumor, tanpa merusak jaringan sehat.
"Hal ini memberikan lebih banyak pilihan untuk mengatasi tantangan terbesar dalam dunia kedokteran," kata Lim, yang juga memimpin UCSF Cell Design Institute.
"Kami berharap teknologi ini dapat segera memberikan manfaat nyata bagi pasien."
0 Komentar
Billie Eilish Dikabarkan Menunjukkan Tanda-tanda Paranoia
Apakah Anak Anda Sering Sakit Saat Musim Dingin? Ahli Berikan Tips untuk Meningkatkan Imunitas
Ilmuwan Ungkap Mikroba yang Mungkin Hidup di Microwave Anda
Aktivitas Kuno Ini Dinyatakan Dapat Meningkatkan Kesehatan dan Memperpanjang Umur, Benarkah?
Konsumsi Daging Merah Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2, Banyak yang Belum Tahu
Para Ilmuwan Menemukan Kode Kanker dengan Penemuan Protein Terobosan
Leave a comment