Sepertiga Penyintas Kanker Anak Alami Ketakutan Signifikan Terhadap Kekambuhan

16 Oktober 2024 12:47
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Para peneliti menganalisis data dari Childhood Cancer Survivor Study, yang mencakup penyintas yang dirawat antara tahun 1970 dan 1999. Sebagian besar responden telah melewati puluhan tahun sejak perawatan terakhir mereka.

Sahabat.com - Menurut penelitian terbaru oleh peneliti dari Concordia University, sepertiga penyintas kanker anak dewasa mengalami ketakutan yang signifikan akan kekambuhan kanker, yang dapat berdampak serius pada kehidupan sehari-hari mereka.

Studi yang diterbitkan dalam JAMA Network Open ini melibatkan 229 penyintas kanker anak dan menemukan bahwa 16,6% dari mereka melaporkan ketakutan terhadap kekambuhan kanker (Fear of Cancer Recurrence/FCR) yang signifikan secara klinis. Selain itu, 15,7% responden mengalami FCR yang tinggi.

Penulis utama studi, Alex Pizzo, mahasiswa Ph.D. Psikologi Klinis, menyoroti bahwa meskipun angka tersebut mirip dengan yang terlihat pada penyintas kanker dewasa, masih kurangnya literatur ilmiah yang mendalami kondisi penyintas kanker anak dewasa. "Kami belum melihat penggunaan ukuran FCR yang tervalidasi dan dapat diandalkan dalam penelitian ini, sehingga sulit untuk menentukan prevalensi yang akurat," ungkap Pizzo.

Nicole Alberts, Ph.D., profesor madya di Departemen Psikologi, menambahkan bahwa meskipun ketakutan atau kecemasan seputar FCR adalah hal yang normal, bukti mengenai dampaknya terhadap kualitas hidup penyintas masih terbatas. "Kami tidak memiliki cukup bukti bahwa ketakutan ini menyebabkan penderitaan yang nyata atau mempengaruhi aspek seperti pendidikan, pekerjaan, atau hubungan sosial mereka," katanya.

Ketakutan Berlanjut Bertahun-tahun Setelah Pengobatan

Para peneliti menganalisis data dari Childhood Cancer Survivor Study, yang mencakup penyintas yang dirawat antara tahun 1970 dan 1999. Sebagian besar responden telah melewati puluhan tahun sejak perawatan terakhir mereka. 

Tingkat ketakutan diukur melalui serangkaian kuesioner yang mengukur gejala FCR, kecemasan, depresi, kesehatan yang dirasakan, serta nyeri kronis. Hasil menunjukkan bahwa penyintas yang menganggur atau memiliki gelar sarjana cenderung mengalami tingkat FCR yang lebih tinggi. Selain itu, mereka yang memiliki kondisi neurologis, menjalani perawatan radiasi panggul, atau mengalami amputasi, juga lebih rentan terhadap FCR.

Alberts menjelaskan bahwa studi ini tidak mengungkapkan hubungan sebab akibat antara kecemasan, depresi, dan FCR, sehingga belum bisa dipastikan mana yang memicu yang lain.

Rekomendasi untuk Peningkatan Perawatan

Para peneliti berharap temuan ini dapat mendorong peningkatan perawatan bagi penyintas kanker anak dewasa. Mereka menyarankan agar penyedia layanan kesehatan melakukan pemeriksaan awal terkait gejala FCR selama konsultasi medis. "Pertanyaan sederhana dapat menunjukkan apakah penilaian lebih lanjut diperlukan," ujar Alberts.

Mereka juga mencatat bahwa intervensi seperti terapi perilaku kognitif dan terapi berbasis perhatian dapat membantu mengurangi FCR. "Kelompok ini unik karena mereka telah jauh dari pengobatan. Penting untuk mengetahui kekhawatiran spesifik yang mereka hadapi, apakah terkait dengan kekambuhan kanker atau efek samping yang mungkin muncul," kata Pizzo. 

Studi ini menyoroti pentingnya perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan mental penyintas kanker anak dewasa, agar mereka mendapatkan dukungan yang tepat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment