Studi Besar Ungkap Asal Mula Asam Urat, Bukan Seperti yang Kita Pikirkan

13 Februari 2025 17:15
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Meskipun faktor gaya hidup dan lingkungan tetap berpengaruh, temuan ini menunjukkan bahwa genetik memainkan peran utama dalam menentukan apakah seseorang akan terkena asam urat atau tidak. Peneliti juga meyakini masih ada lebih banyak hubungan genetik yang belum ditemukan.

Sahabat.com - Asam urat sering kali dikaitkan dengan kebiasaan minum alkohol berlebihan atau pola makan yang tidak sehat, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam perkembangan kondisi arthritis ini dibandingkan yang selama ini kita duga.

Sebuah studi terbaru, yang dilakukan oleh tim ilmuwan internasional, menganalisis data genetik dari 2,6 juta orang yang berasal dari 13 kelompok data DNA yang berbeda. Di antara mereka, terdapat 120.295 orang yang mengalami "asam urat yang sudah ada sebelumnya."

Dengan membandingkan kode genetik orang yang menderita asam urat dengan orang yang tidak, tim peneliti menemukan 377 wilayah DNA spesifik yang memiliki variasi terkait dengan kondisi asam urat – 149 di antaranya belum pernah dikaitkan dengan asam urat sebelumnya.

Meskipun faktor gaya hidup dan lingkungan tetap berpengaruh, temuan ini menunjukkan bahwa genetik memainkan peran utama dalam menentukan apakah seseorang akan terkena asam urat atau tidak. Peneliti juga meyakini masih ada lebih banyak hubungan genetik yang belum ditemukan.

"Asam urat adalah penyakit kronis yang memiliki dasar genetik dan bukan kesalahan penderita. Mitos bahwa asam urat disebabkan oleh gaya hidup atau pola makan harus segera dibongkar," kata epidemiolog Tony Merriman dari Universitas Otago, Selandia Baru, saat studi ini dipublikasikan tahun lalu.

Asam urat terjadi ketika kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi, yang kemudian membentuk kristal tajam di sendi. Ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kristal-kristal ini, muncul rasa sakit dan ketidaknyamanan yang luar biasa.

Genetika berperan penting dalam setiap tahap proses ini, terutama dalam mempengaruhi kemungkinan sistem kekebalan tubuh menyerang kristal dan cara tubuh mengangkut asam urat.

Asam urat bisa datang dan pergi, namun ada pengobatan yang tersedia. Para penulis studi ini berpendapat bahwa kesalahpahaman tentang asam urat membuat banyak orang enggan mencari pengobatan. Padahal, hal ini menjadi masalah besar karena jumlah kasus asam urat terus meningkat.

"Mitos yang tersebar luas ini menyebabkan rasa malu pada penderita asam urat, sehingga beberapa orang lebih cenderung menderita dalam diam dan tidak pergi ke dokter untuk mendapatkan obat pencegah yang dapat menurunkan kadar urat dalam darah dan mencegah rasa sakit mereka," kata Merriman.

Selain memberi pemahaman yang lebih baik tentang penyebab asam urat, studi ini memberikan ilmuwan lebih banyak pilihan untuk mengeksplorasi pengobatan, terutama dalam hal mengelola respons imun tubuh terhadap penumpukan asam urat. 
Bahkan, obat yang ada saat ini bisa digunakan untuk tujuan ini.

Namun, studi ini memiliki beberapa keterbatasan: mayoritas data berasal dari orang-orang dengan keturunan Eropa, dan beberapa rekaman mengandalkan laporan sendiri mengenai asam urat, bukan diagnosis klinis. Meski begitu, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah kesehatan yang telah dialami banyak orang selama berabad-abad.

"Kami berharap, seiring waktu, pengobatan yang lebih baik dan lebih terjangkau akan tersedia dengan target-target baru yang kami temukan," kata Merriman. 

"Asam urat pantas mendapatkan lebih banyak sumber daya kesehatan dan prioritas yang lebih besar dalam sistem kesehatan."

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment