Sahabat.com - Penelitian baru menunjukkan bahwa perokok dengan sindrom mielodisplastik (MDS) atau kondisi prekursor memiliki kadar mutasi genetik yang lebih tinggi terkait penyakit tersebut.
Selain itu, studi ini menemukan bahwa perokok berat lebih cenderung mengakumulasi mutasi, sementara perokok jangka panjang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami perkembangan penyakit.
Studi ini dipimpin oleh Dr. Sangeetha Venugopal dari Sylvester Comprehensive Cancer Center, Universitas Miami Miller, dan menyoroti pentingnya konseling berhenti merokok dalam pengelolaan MDS.
Venugopal menegaskan perlunya pendekatan ini, terutama bagi pasien yang baru didiagnosis dengan MDS atau kondisi pendahulunya.
Hasil penelitian ini akan dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society of Hematology (ASH) di San Diego.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, penggunaan tembakau yang adiktif berkontribusi pada sekitar 50% kematian dari para pengguna aktif. Meskipun hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah lama diketahui, penelitian tentang dampaknya pada mutasi DNA yang memicu kanker darah masih terbatas.
Penelitian ini menggunakan data dari Studi Sejarah Alam MDS Nasional, yang mencakup riwayat pasien serta koleksi biospesimen, seperti darah dan sumsum tulang.
Studi ini bertujuan untuk memahami faktor biologis yang memengaruhi MDS dan mengembangkan strategi pengobatan yang lebih baik.
Dr. Mikkael Sekeres, kepala Divisi Hematologi di Sylvester, memimpin studi ini dan menekankan bahwa penelitian ini memberikan wawasan penting tentang risiko genetik yang terkait dengan merokok.
Data penelitian melibatkan 1.898 pasien, di mana 52% memiliki riwayat merokok. Analisis menemukan bahwa perokok memiliki lebih banyak mutasi genetik yang terkait dengan MDS dibandingkan bukan perokok.
Perokok rata-rata memiliki lebih banyak mutasi pada gen terkait penyakit (2,0 dibandingkan 1,4 pada bukan perokok).
Perokok berat menunjukkan jumlah mutasi hingga 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
Perokok jangka panjang dengan kondisi prekursor lebih mungkin mengalami perkembangan penyakit menjadi MDS dalam lima tahun (27% dibandingkan 18% pada bukan perokok).
Perokok dengan CCUS memiliki angka kelangsungan hidup lebih rendah dibandingkan bukan perokok.
Dr. Sekeres menyebutkan bahwa penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara intensitas merokok dan mutasi genetik spesifik. Data ini menegaskan pentingnya penghentian merokok dalam memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dr. Venugopal menambahkan bahwa banyak pasien merasa ragu untuk berhenti merokok setelah diagnosis, tetapi penelitian ini memberikan bukti bahwa berhenti merokok tetap memiliki manfaat signifikan, bahkan dalam jangka pendek.
Langkah berikutnya adalah mempelajari akumulasi mutasi lebih lanjut dan dampaknya terhadap perkembangan MDS.
Hasil ini diharapkan dapat mengubah cara dokter memberikan nasihat kepada pasien tentang risiko merokok dan manfaat berhenti, dengan harapan meningkatkan hasil klinis pasien.
0 Komentar
Billie Eilish Dikabarkan Menunjukkan Tanda-tanda Paranoia
Apakah Anak Anda Sering Sakit Saat Musim Dingin? Ahli Berikan Tips untuk Meningkatkan Imunitas
Ilmuwan Ungkap Mikroba yang Mungkin Hidup di Microwave Anda
Aktivitas Kuno Ini Dinyatakan Dapat Meningkatkan Kesehatan dan Memperpanjang Umur, Benarkah?
Konsumsi Daging Merah Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2, Banyak yang Belum Tahu
Para Ilmuwan Menemukan Kode Kanker dengan Penemuan Protein Terobosan
Leave a comment