Tanda Kanker Paru-paru Kini Dapat Dideteksi Lewat Nafas

13 November 2024 12:11
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia, terutama akibat meroko dan bertanggung jawab atas sekitar 1,8 juta kematian pada tahun 2020. Kanker ini juga sering kali terdeteksi pada tahap lanjut, ketika pengobatan menjadi kurang efektif, sehingga penelitian semacam ini sangat mendesak.

Sahabat.com - Sebuah uji coba skala kecil menggunakan perangkat prototipe telah berhasil menunjukkan kemampuannya untuk membedakan dengan akurat antara delapan orang sehat dan lima orang penderita kanker paru-paru.

Perangkat ini, yang dikembangkan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Zhejiang, Tiongkok, bekerja dengan mendeteksi senyawa isoprena. Tingkat isoprena yang lebih rendah telah diidentifikasi sebagai indikator potensial kanker paru-paru, meskipun perubahannya sangat kecil dan sulit diukur.

Namun kini, teknologi untuk mendeteksi hal ini sudah ada—meskipun masih dalam bentuk bukti konsep. Seperti halnya pada sebagian besar kanker, semakin awal kanker paru-paru terdeteksi, semakin besar peluang untuk penanganan yang efektif. Teknologi ini berpotensi menjadi metode yang sederhana, terjangkau, cepat, dan non-invasif untuk mendeteksi penyakit ini.

"Penelitian kami tidak hanya memberikan terobosan dalam skrining kanker non-invasif dengan biaya rendah melalui analisis nafas, tetapi juga mendorong desain rasional bahan sensor gas canggih," tulis para peneliti dalam makalah yang dipublikasikan.

Untuk mencapai sensitivitas yang diperlukan pada monitor nafas mereka, para peneliti menggunakan nanoflakes yang terbuat dari kombinasi platinum, indium, nikel, dan oksigen. Ketika isoprena mengenai nanoflakes, pelepasan elektron terjadi dan dapat diukur.

Hasil akhirnya adalah sensor yang mampu mendeteksi tingkat isoprena hingga 2 ppb (parts per billion)—suatu peningkatan yang signifikan dibandingkan teknologi yang ada. Dari 13 orang yang diuji, lima orang dengan kanker memiliki tingkat isoprena lebih rendah dari 40 ppb pada nafas mereka, sementara kelompok sehat yang terdiri dari delapan orang memiliki tingkat isoprena lebih dari 60 ppb.

Menariknya, dalam uji laboratorium, nanoflakes ini terbukti dapat mengidentifikasi isoprena secara spesifik di antara berbagai senyawa kimia lainnya. Mereka juga dapat beroperasi dalam kondisi kelembapan tinggi, yang sangat penting untuk monitor nafas. Meski demikian, para peneliti mengakui bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

"Menargetkan pasar besar untuk diagnosis kanker paru-paru, komersialisasi teknologi ini memerlukan penelitian berkelanjutan tentang bahan sensor, hubungan yang akurat antara isoprena nafas dan kanker paru-paru, algoritma analisis data, serta teknik integrasi dengan perangkat portabel," tulis para peneliti.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru-paru memengaruhi beberapa proses metabolisme utama tubuh, dan diyakini bahwa perubahan ini mempengaruhi isoprena dengan cara yang dapat mengungkapkan keberadaan penyakit ini.

Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia, terutama akibat meroko dan bertanggung jawab atas sekitar 1,8 juta kematian pada tahun 2020. Kanker ini juga sering kali terdeteksi pada tahap lanjut, ketika pengobatan menjadi kurang efektif, sehingga penelitian semacam ini sangat mendesak.

"Penelitian berkelanjutan mengenai hubungan antara tingkat isoprena nafas dan kanker paru-paru, serta faktor-faktor yang memengaruhi (misalnya usia, status kesehatan), dapat membantu menyempurnakan dan lebih mengkomersialkan teknologi ini," kata para peneliti.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment