Terapi Musik Bisa Jadi Harapan Baru Anak dengan Demensia Langka, Ini Alasannya Bikin Haru!

13 Mei 2025 17:11
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Terapi musik bisa membantu anak-anak ini mempertahankan sebagian kecil dari kemandirian mereka, mengekspresikan perasaan yang sulit diucapkan, dan tetap terhubung dengan orang-orang tercinta hingga akhir hayat.

Sahabat.com - Saat mendengar kata “demensia,” kita biasanya langsung membayangkan orang tua yang mulai lupa ini-itu. Tapi ternyata, ada bentuk demensia yang jauh lebih jarang dan bisa menyerang sejak usia dini, bahkan balita. 

Nama medisnya adalah Batten disease—suatu kondisi genetik langka yang menyerang otak dan sistem saraf anak-anak. 

Di Inggris saja, diperkirakan hanya sekitar 150 hingga 200 anak yang mengidap penyakit ini, tapi dampaknya luar biasa berat.

Penyakit ini biasanya muncul sejak usia 1 hingga 12 tahun. Gejalanya meliputi gangguan penglihatan, pergerakan, bahkan penurunan kemampuan berpikir. Karena sifatnya genetik, sering kali bukan hanya satu anak dalam keluarga yang terkena. 

Belum ada obat yang bisa menyembuhkan Batten disease, dan sedihnya, banyak anak yang tidak bisa bertahan hingga dewasa. Ada satu jenis obat yang menjanjikan dan sempat terbukti bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, tapi aksesnya kini sedang ditinjau ulang di Inggris, membuat banyak keluarga khawatir akan kehilangan satu-satunya harapan mereka.

Saat ini, penanganan lebih difokuskan pada meringankan gejala. Anak-anak dengan Batten disease biasanya perlu fisioterapi, pengobatan, hingga dukungan pendidikan. 

Sayangnya, layanan ini seringkali terpisah-pisah dan membuat orang tua kewalahan mencari bantuan yang konsisten. Maka dari itu, banyak keluarga mulai melirik terapi alternatif—salah satunya yang kini mulai disorot adalah terapi musik.

Terapi musik memang belum banyak diteliti khusus untuk Batten disease, tapi potensi manfaatnya mulai mencuri perhatian. Terapi ini menggunakan musik sebagai sarana mengekspresikan emosi, menjaga kesehatan mental, serta membantu kemampuan motorik dan komunikasi. Aktivitasnya bisa bermacam-macam: main alat musik, menyanyi, mendengarkan lagu, bahkan membuat lagu sendiri.

Ada satu kisah mengharukan dari seorang anak berusia sepuluh tahun yang mengikuti sesi terapi musik setiap minggu. Ia jadi lebih mudah mengekspresikan perasaan dan kenangan lewat lagu yang ia tulis dan nyanyikan sendiri. 

Lagu-lagu itu kemudian menjadi semacam ‘warisan emosional’ yang sangat berarti bagi keluarga setelah kepergiannya. Penelitian lain melibatkan 182 orang tua dan tenaga profesional dari berbagai negara yang merawat anak dengan Batten disease. 

Hasilnya, 80% mengatakan bahwa musik membantu anak-anak mereka berkomunikasi. Bahkan, beberapa anak yang sudah tidak bisa bicara pun masih bisa menyanyi.

Salah satu pendekatan yang dianggap menjanjikan adalah neurologic music therapy—terapi musik neurologis yang dirancang khusus untuk membantu orang dengan gangguan saraf. Terapi ini bisa melatih gerakan tubuh, kemampuan berbicara, hingga kognitif melalui latihan musik yang terstruktur. 

Meski belum ada penelitian khusus pada anak-anak Batten, metode ini sudah terbukti efektif untuk penderita Parkinson, demensia, cerebral palsy, hingga Rett syndrome. 

Bahkan, pada anak-anak dengan epilepsi, mendengarkan musik tertentu selama enam bulan terbukti bisa mengurangi jumlah kejang. Mengingat anak-anak Batten juga sering mengalami kejang, ini tentu jadi harapan baru.

Kenapa musik bisa sekuat itu? Karena musik mengaktifkan banyak bagian otak sekaligus—mulai dari area yang mengatur gerak, ingatan, emosi, hingga bahasa. Hal ini bisa sangat membantu anak dengan Batten disease, karena masih ada bagian otak yang aktif yang bisa dirangsang melalui musik. 

Selain itu, musik juga bisa jadi alat ekspresi diri, memperkuat koneksi sosial, dan memberi kenyamanan emosional di tengah kondisi yang sulit.
Walaupun masih butuh lebih banyak penelitian untuk memastikan manfaatnya secara ilmiah, temuan awal sudah cukup memberikan harapan. 

Terapi musik bisa membantu anak-anak ini mempertahankan sebagian kecil dari kemandirian mereka, mengekspresikan perasaan yang sulit diucapkan, dan tetap terhubung dengan orang-orang tercinta hingga akhir hayat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment