Sahabat.com - Penelitian terbaru dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai mengungkap fakta mengejutkan: otak wanita memproses kesalahan masa lalu dengan cara yang berbeda dibanding pria, dan rahasia ini ada pada molekul RNA tertentu.
Temuan ini tidak hanya membuka wawasan baru soal bagaimana wanita mengambil keputusan, tetapi juga memberikan harapan untuk terapi depresi yang lebih tepat sasaran.
RNA khusus bernama LINC00473 ditemukan berperan penting dalam membangun ketahanan terhadap stres dan depresi—namun hanya pada wanita. Studi ini menemukan bahwa ketika kadar LINC00473 di bagian otak prefrontal wanita ditingkatkan, mereka lebih fleksibel dalam mengubah keputusan saat mengejar sesuatu yang diinginkan.
Uniknya, efek ini sama sekali tidak terlihat pada pria.
“Motivasi kami adalah memahami mengapa depresi lebih sering terjadi pada wanita dan bagaimana gejala seperti pikiran negatif berulang terbentuk di otak,” ujar Brian Sweis, MD, PhD, penulis senior studi ini.
Ia menjelaskan bahwa temuan ini membantu menjawab misteri mengapa wanita cenderung lebih sering merenungkan masa lalu, namun justru bisa menggunakannya sebagai kekuatan untuk bertahan dari tekanan hidup.
Penelitian sebelumnya pada 2020 menemukan bahwa wanita dengan depresi berat memiliki kadar LINC00473 lebih rendah di korteks prefrontal dibanding wanita sehat, sementara pria tidak menunjukkan perbedaan berarti.
Orna Issler, PhD, penulis utama penelitian tersebut, mengungkapkan bahwa ketika molekul ini ditingkatkan pada otak tikus betina, mereka menjadi lebih tahan terhadap stres.
Romain Durand-de Cuttoli, PhD, penulis pertama studi terbaru ini, menjelaskan bahwa keputusan yang bergantung pada refleksi masa lalu diproses oleh sirkuit otak yang berbeda dari keputusan yang berfokus pada masa depan, dan perbedaan ini nyata antara pria dan wanita.
“Kami dapat mengubah perilaku pengambilan keputusan tanpa memengaruhi penilaian awalnya,” ujarnya.
Temuan ini memberi harapan besar pada pengembangan obat baru dan terapi stimulasi otak untuk mengatasi depresi yang terkait dengan pikiran negatif berulang, khususnya pada wanita.
Dr. Sweis menambahkan, “Sensitivitas terhadap penyesalan tidak selalu buruk. Ada banyak jenis penyesalan yang bisa membantu kita belajar, mengelola emosi, dan tumbuh dari pengalaman masa lalu. Tantangannya adalah membedakan mana yang sehat dan mana yang justru memperburuk depresi.”
Dengan pendekatan lintas disiplin yang menggabungkan psikiatri, psikologi, dan ilmu saraf, para ilmuwan optimistis bahwa riset ini akan mempercepat terciptanya diagnosis yang lebih akurat, perawatan inovatif, dan hasil yang lebih baik bagi penderita gangguan mental di masa depan.
0 Komentar
Kehilangan Indra Penciuman Bisa Jadi Tanda Awal Alzheimer, Studi Ungkap Fakta Mengejutkan
Pemakaian Pemanis Buatan Ternyata Bisa Percepat Penuaan Otak
Satu Suntikan Antibiotik Ternyata Sama Ampuhnya untuk Sifilis
Morning Sickness Parah Bisa Hancurkan Harapan Ibu Hamil
Leave a comment